Find Us On Social Media :

Mati Suri dalam Tradisi Jawa: Kematian atau 'Sekadar' Ketidaksadaran?

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 17 Juni 2018 | 18:45 WIB

Intisari-Online.com- Kabar bahwa ada orang mati hidup lagi nampaknya bukan hal asing bagi perbincangan sehari-hari orang Jawa.

Seperti misalnya kisah Mbah Hartini pada 1987, sebagaimana tertulis dalam Menemui Ajal: Etnografi Jawa Tentang Kematianbuku karya Y. Tri Subagya (2004).

Mbah Hartini yang telah dikelilingi tangis sedih sanak saudaranya tiba-tiba bangun ketika jenazahnya hendak disucikan.

Dalam fenomena yang disebut sebagai mati suri itu, Mbah Hartini kemudian dapat menceritakan pengalamannya.

Baca Juga: Nurbuat Meninggal Dunia, Inilah Golongan Darah yang Rawan Terkena Serangan Jantung

Awalnya Mbah Hartini merasa sedang mandi di kolam sebelah selatan rumahnya yang sejuk.

Di tengah asyiknya mandi, dia kemudian kebingunan karena kehilangan kain jariknya yang diambil oleh wanita cantik.

Namun, tak lama kemudian wanita itu kembali membawa kain baru seraya berkata:

"Jangan marah-marah saya tidak ingin mencuri kainmu, tetapi akan menggantinya dengan yang baru karena yang lama ini sudah rusak."

Baca Juga: Beginilah Suasana Mudik Lebaran di Bangladesh, Bikin Geleng-geleng Kepala!

Pengalaman atas pemberian kain baru ini pun lantas ditafsirkan oleh Mbah Hartini sebagai pemberian/ perpanjangan usia.

Apakah pengalaman itu dapat dikatakan perjalanan roh dalam kematiannya yang tertunda?

Mati suri cenderung diduga sebagai kekeliruan menangkap tanda-tanda kematian secara fisik oleh orang di sekitarnya.