Advertorial
Intisari-Online.com – Hari Selasa (5/6/2018) Kate Spade, seorang fashion designer tas terkenal, ditemukan meninggal dunia.
Dilaporkan Spade bunuh diri dengan cara gantung diri di apartemennya di Manhattan, New York. Mayat Spade pertama kali ditemukan oleh pembantu rumah tangganya
Setelah kabar kematiannya tersiar, puluhan awak media dan warga mengelilingi gedung apartemennya dan para penggemar Spade menuliskan kesedihan mereka di Twitter.
Tentu saja kematian Spade mengejutkan banyak pihak. Namun di sisi lain, kematian Spade menjadi pengingat bahwa kesuksesan tidak membeli kebahagiaan.
Baca juga:Fashion Designer Kate Spade Ditemukan Tewas, Diduga Bunuh Diri
Kate Spade adalah salah satu ikon di industri fashion. Tas rancangannya, Kate Spade New York, merupakan salah satu tas popular di dunia.
Spade kaya raya. Menurut laporan CNN, ketika dia menjual perusahaannya, ia mendapat keuntungan hampir 100 juta US Dollar.
Sementara majalah People bahwa pernikahannya selama 25 tahun dengan Andy Spade sepertinya "sempurna” dan ia memiliki anak-anak yang hebat.
Spade juga cantik dan popular. Usianya masih terbilang muda untuk wanita yang memulai karier pada tahun 1993. Spade masih berusia 55 tahun.
Tapi ternyata uang dan kesuksesan tidak bisa menyelesaikan semua masalah yang menimpa Spade.
Spade memutuskan untuk mengakhiri hidupnya yang kata orang sudah “sempurna”.
Dilansir dari CNN, bunuh diri itu kompleks, tragis, dan sangat umum.
Bahkan jumlah kasus bunuh diri sekarang dua kali lipat dari pembunuhan, sekitar 1 juta per tahun. Dengan catatan wanita melakukan upaya bunuh diri dua kali lebih banyak daripada pria.
Namun apa yang menyebabkan seseorang berniat bunuh diri tetap tabu.
Baca juga:Selain Kate Spade, Inilah 5 Desainer Terkenal yang Tewas Secara Tragis, Termasuk Versace
Banyak keluarga yang kehilangan orang yang dicintai karena bunuh diri tidak suka membicarakannya apa penyebab orang dia cintai bunuh diri.
Sehingga tidak ada penelitian pasti yang bisa menerangkan apa alasan seseorang bunuh diri dengan tepat.
Ironisnya apapun alasan tersebut, mereka yang mencoba atau melakukan bunuh diri, mempunyai sebuah stigma bahwa bunuh diri adalah jalan keluar yang mudah.
Padahal kenyataannya, bunuh diri merupakan pilihan terakhir setelah pola kemarahan dan keputusasaan yang panjang.
Alasan lain mengapa kita tidak suka berbicara tentang bunuh diri adalah karena subyek pembicaraan ini tidak nyaman dan sering tidak dapat dijelaskan.
Dan pada akhirnya, kita tidak tahu mengapa Kate Spade atau orang lain mengakhiri hidupnya sendiri. Itu mungkin depresi atau sesuatu yang lain.
Penyanyi Josh Groban menuliskan pendapatnya soal depresi yang mungkin di alami Spade di Twitter, “Depresi tidak melakukan diskriminasi dan datang tanpa peringatan”.
Sementara kolumnis New York Post menuliskan bahwa kematian Spade dikarenakan dunia mode yang "menggoda, kasar, kejam, dan transaksional."
Atau menurut sebagian besar orang, ia bunuh diri karena tidak bisa “melawan dirinya sendiri”. Meskipun, tentu saja, kita belum tahu.
Tapi yang jelas, kematian Spade mengajarkan pada kita bahwa ketika kita mencapai sesuatu, entah itu ketenaran, uang, atau keluarga, itu bukalah indikator bahwa kita memiliki kehidupan yang bahagia.
Rest in Peace, Kate Spade.