Find Us On Social Media :

Cerita di Balik Lahirnya Kaus Kaki, Dulu Bahannya dari Bulu Hewan dan Kulit

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 21 Juni 2018 | 21:00 WIB

Pembuatan kaus kaki katun, wol, sutera berwarna jadi lebih mudah, murah, dan digemari.

Kaus kaki yang menutup seluruh telapak kaki dengan rajutan penutup pergelangan kaki lebih pas.

Sulaman hiasan pergelangan kaki yang disebut clocks yang lalu juga diterapkan di kaus kaki panjang hingga lutut dan paha populer di abad ke-17.

Pun begitu, industri kaus kaki rajutan tangan tetap bertahan hingga tahun 1800.

Baca juga: Punya Bentuk Mirip Kaus Kaki Raksasa, Siapa Sangka Jika Syal Ini Dijual Seharga Rp4,2 Juta

Pada tahun 1930-an mesin rajut kaus kaki menjadi lebih canggih. Pengembangan yang cukup mencolok adalah ditemukannya polimer khusus yang kuat bak sutera pada tahun 1935 oleh Julian Hill, peneliti di Du Pont Company, kelompok perusahaan pimpinan Wallace Carothers di Delaware.

Polimer yang terbuat dari campuran air, alkohol, dan tearang yang dipanaskan ini kemudian dipatenkan tahun 1937.

Tahun 1939 serat buatan ini diperkenalkan di World's Fair di New York. Dari singkatan kota ini, NY, dinamailah serat tadi nylon (nilon).

Stocking nilon pertama ditawarkan di pertokoan pada 15 Mei 1940. Lebih dari 72.000 pasang terjual di hari pertama.

Pasar sutera Jepang pun jatuh dalam semalam. Jepang sendiri memiliki tradisi kaus kaki.

Baca juga: Namanya Saja Kaus Kaki Antibau, Ia Tidak akan Berbau Meski Sudah Dipakai Selama 6 Hari

Tabi menutupi mata kaki dengan rajutan terpisah antara ibu jari dan jari lainnya untuk mempermudah pria dan wanita mengenakan alas kaki macam zori, geta sebagai pelengkap busana kimono atau wakufu. Warna umum tabi adalah putih, warna formal untuk upacara minum teh.