Find Us On Social Media :

Matematika Tak Perlu Ditakuti

By Agus Surono, Minggu, 13 Januari 2013 | 12:02 WIB

Matematika Tak Perlu Ditakuti

Kalau bapak yang sudah capek kemudian juga menolak, karena menurut kesepakatan pembagian tugas yang seharusnya membantu PR matematika itu adalah tugas ibu, matilah minat anak! Semangatnya untuk belajar matematika luruh seketika! Tentu akan lebih baik jika ibu yang sedang di dapur menjawab dengan ceria, "PR matematika? Baiklah. Tapi Ibu selesaikan dulu menggoreng tempe ya?"

Tabel dan kalkulator

Dulu, anak disuruh mencongak. Mengapa sekarang tidak lagi, sehingga anak kurang cepat menghitung perkalian? Kekurangterampilan berhitung ini sekarang dicoba diatasi dengan pemberian PR sesering mungkin, sampai anak merasa seperti didrill (dilatih keras), seperti mencongak di zaman dulu.

Dulu, anak bisa mendapatkan hasil perkalian dengan cepat, tanpa mengetahui dari mana asalnya. Kini, mereka harus tahu dari mana hasil itu diperoleh.

Di antara alat-alat sederhana untuk melatih anak berhitung, Djoko mencontohkan tabel perkalian dari 1 sampai 10, yang bisa membantu anak mencari hasil perkalian dengan cepat. Tabel ini seharusnya ada di setiap ruangan kelas SD. Siswa diajari bagaimana menggunakan tabel itu secara benar.

Juga perkalian dengan jari-jari tangan (untuk perkalian dengan bilangan sembilan), merupakan kegiatan yang sangat menarik. Kalau kedua tangan dihadapkan ke arah muka kita, kemudian diberi nomor 1 sampai dengan 10 (dari kiri ke kanan), maka untuk mendapatkan hasil 3x9, jari-jari nomor 3 dari tangan kiri harus dilipat. Jari lain yang masih tegak di sebelah kiri jari yang terlipat itu ada 2, sedangkan jari tegak di sebelah kanan jari terlipat ada 7. Berarti 3 x 9 = 27.

Djoko memperagakan juga neraca sebagai alat bantu penjumlahan yang menarik bagi anak. Kalau di lengan kanan digantungkan anak timbangan pada angka 3 dan 4, sedangkan di lengan kiri pada angka 2 dan 5, maka timbangan akan seimbang, dan berarti 3 + 4 = 2 + 5. Begitu juga untuk mencari harga X dari persamaan X - 5 = 12. Di sebelah kiri neraca ditambah anak timbangan 5, sedang di sebelah kanan juga 5. Persamaannya menjadi X – 5 + 5 = 12 + 5, maka X = 17.

Di AS matematika modern sudah ditinggalkan, sementara di sini justru dipertahankan. Namun, menurut Drs. Santosa, bukan berarti mereka meninggalkan matematika yang di sini sedang giat diajarkan itu dan kembali ke cara berhitung model kuno. Tapi mereka justru meningkat ke matematika yang lebih canggih.

Sebenarnya, yang namanya matematika modern dan matematika kuno itu tidak ada. Yang ada ialah matematika (saja), yang makin lama makin canggih alat bantu dan penerapannya. Untuk bisa menyongsong matematika canggih ini, perlu matematika yang sekarang sedang diajarkan kepada anak-anak generasi baru ini. Kalau tidak dikuasai mulai sekarang, kita makin ketinggalan jauh dari mereka.

Bolehkah anak menggunakan kalkulator dalam tugasnya menyelesaikan pekerjaan matematika? Kalau masih diperlukan keterampilan berhitung (bagi anak SD), memang tidak boleh. Sebab nanti, anak tidak mempunyai keterampilan berhitung. Namun, kalau masalahnya sudah bukan itu lagi, tapi bagaimana cara memperoleh hasil hitungan bilangan yang begitu banyak dan rumit dalam waktu cepat, maka kalkulator perlu dipakai. Mereka akan ketinggalan teman-temannya, kalau tidak dibiasakan menggunakan kalkulator secara benar.

Hanya saja, perlu diingat bahwa kalkulator memang macam-macam jenisnya. Ada kalkulator untuk tukang sayur (hanya bisa untuk menambahkan-mengurangkan-mengalikan-membagi saja) dan ada kalkulator untuk para insinyur pabrik pesawat terbang yang sudah diprogram untuk menyelesaikan hitungan rumit secara benar, dalam waktu supercepat.

Kesabaran dan Alat Peraga