Find Us On Social Media :

Cenderung Lakukan Serangan Kilat Saat Sasaran Lengah, Alasan Serangan Teroris Selalu Mematikan

By Agustinus Winardi, Kamis, 10 Mei 2018 | 15:15 WIB

Berdasar pengalaman tempur, serbuan kilat dan pre emtive war terbukti telah sukses menghancurkan pasukan musuh dalam waktu singkat.

Baca juga: Ali Hassan Salameh, Teroris yang Tak Hanya Diburu oleh Mossad tapi Juga oleh para Wanita

Keberhasilan taktik tempur yang kadang terkesan licik itu, sekaligus menunjukkan betapa lemahnya pasukan lawan meskipun dalam jumlah besar dan didukung persenjataan serba canggih tapi menjadi tidak berdaya ketika harus menrghadapi serrbuan kilat yang terencana secara matang.

Serangan kilat bahkan menjadi mesin perang yang mematikan ketika dipraktekkan secara tak lazim seperti serbuan Kamikaze Jepang dan serangan teroris menggunakan pesawat komersil yang pernah dialami oleh AS.

Serangan teror 9/11 2001 ke AS telah menunjukkan betapa serbuan serentak lewat udara dan menggunakan pesawat sipil yang difungsukan seperti rudal telah suskes memporak-porandakan superiortas dan intelijen militer AS dalam sekejap mata.

Demikian pula dengan superioritas pasukan Israel yang telah mengalami kegagalan memalukan ketika tank-tank Merkavanya berhasil dihancurkan oleh para pejuang Hizbullah.

Berkat taktik tempur gerilya, didukung keberanian bertempur di garis depan dan taktik pertempuran serbuan kilat hasilnya demikian dahsyat .

Serbuan kilat yang terencana matang, didukung persenjataan memadai, dan berkekuatan personel pasukan bermoril tempur tinggi, telah menjadi mesin perang efektif untuk menghancurkan pasukan musuh sekalgus menggagalkan operasi militer musuh yang mungkin saja telah dirancang secara matang selama bertahun-tahun.

Serangan teroris yang berlangsung di jantung Ibukota Jakarta, Thamrin (Kamis/14/2016) tampaknya juga menggunakan taktik serangan kilat ketika aparat TNI/POLRI sedang tidak dalam siaga I.

Kondisi pengamanan siaga I baru saja diterapkan TNI/POLRI pada peringatan hari Natal (2015) dan Tahun Baru 2016 serta diwarnai oleh aksi penangkapan sejumlah teroris sehingga mengesankan negara telah aman dari ancaman terorisme.

Kondisi 'aman' itu rupanya dimanfaatkan betul oleh para teroris untuk melancarkan serangan kilat secara terencana sekaligus memberikan pesan bahwa aparat keamanan dan intelijen telah kecolongan.

Kerusuhan tahanan teroris di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok (Kompas.com 09/05/2018) yang sampai membuat pasukan Brimob kewalahan, mengindikasikan para tahanan teroris tidak melakukannya secara spontan tapi terencana dan berlangsung cepat karena sampai jatuh 6 korban jiwa. (www.detik.com 09/05/2018).

Tahanan teroris bahkan berhasil merebut senjata dan menyandera polisi. Akibatnya lima polisi tewas dan satu tahanan teroris juga tewas.

Baca juga: Sule Digugat Cerai Istri, Yuk Kenali Gangguan Neurosis yang Bikin Perkawinan Tidak Harmonis