Find Us On Social Media :

Sulitnya Mengorek Keterangan dari Para Korban Pemerkosaan Massal saat Kerusuhan Mei 1998

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 23 Oktober 2024 | 12:35 WIB

Kerusuhan Mei 1998 meninggalkan trauma yang tak kunjung hilang bagi mereka yang menjadi korban perkosaan massal saat itu.

Untuk langkah awal, dibuka dua saluran telepon 021-8298421 (Mitra Perempuan) dan 021-7902112 (Kalyanamitra) bagi para korban yang ingin mengadu.

Hasilnya, menurut Ita, "Banyak pengaduan masuk dari para korban maupun keluarganya. Mereka mau bercerita panjang walau sambil nangis sesenggukan." Masalahnya, para pelapor ini enggan menyebut identitas mereka. Masalah ini memang sudah disadari Ita sejak awal.

"Kami bisa memahaminya. Dalam kasus perkosaan umumnya, korban dan keluarganya cenderung menutup diri. Apalagi ini, yang kebanyakan diperkosa rata-rata oleh 3 sampai 7 pelaku secara bergantian."

Sering menerima teror

Meski sulit Ita mengaku saat itud dia berhasil mengontak beberapa keluarga korban. Ini tak lepas dari bantuan sejumlah rohaniwan yang bersedia memberi info dan mengantar anggota tim relawan.

"Tanpa bantuan mereka, rasanya sulit kami menemui para keluarga korban," ujar Ita yang juga memanfaatkan sahabat para korban untuk melakukan pendekatan sebelum bertemu.

Jika permasalahannya sudah diketahui, "Kami segera merujuknya ke lembaga yang dapat membantu memulihkan trauma mereka. Untuk konseling, bisa ke Kalyanamitra, Mitra Perempuan, klinik psikologi Ul, atau ke YLBHI jika mereka perlu bantuan hukum."

Selain itu, ketika itu pihaknya juga banyak mengupayakan bantuan medis. "Sebab, mereka bukan cuma diperkosa ramai-ramai, tapi juga dimasuki benda-benda keras pada kemaluannya, seperti botol dan gagang sapu. Begitu brutalnya, hingga kami yakin, ini bukan tindakan masyarakat awam," papar Ita.

Itu pula sebabnya, saat melakukan pendampingan, pihaknya juga senantiasa menekankan pada korban dan keluarganya, bahwa pelaku perbuatan biadab itu bukan masyarakat biasa.

"Mereka orang-orang yang terorganisasi dan sepertinya sudah dilatih dulu. Ada yang mengomandoi, kok. Lagi pula, kalau bukan terorganisir, mana mungkin selama empat hari berturut-turut terjadi perkosaan di puluhan tempat sekaligus dengan pola yang sama."

Hingga awal Juli 1998–ketika artikel ini naik di Tabloid Nova—Ita mencatat sudah ada 50 korban perkosaan yang dirawat di RS Jiwa akibat mengalami guncangan jiwa yang tak terperikan.

Mereka ini, kata Ita, "Masih termasuk yang selamat, karena ada juga korban yang langsung dibunuh atau dibakar hidup-hidup setelah diperkosa. Yang selamat pun, ada yang mati minum racun karena tak kuat menahan derita dan malu."