Find Us On Social Media :

Cerita Para Saksi Mata tentang Letusan Gunung Krakatau yang Lebih Hebat dari Bom Atom

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 22 Oktober 2024 | 12:13 WIB

Litografi letusan Gunung Krakatau 1883. Oleh sebuah majalah populer di Belanda disebut, letusan Krakatau 1883 lebih dahsyat dari bom atom yang pernah diujikan.

Pada saat itu Betawi tidak seorang pun yang tahu dengan tepat apa sebenarnya yang terjadi di sebelah barat. Semua hubungan telegram dengan daerah yang terlanda malapetaka terputus.

Serang sunyi mencekam

Kalau di Jakarta air pasang itu tak mengambil korban terlalu besar, daerah pantai sebelah barat Jawa Barat yang lebih dekat dengan gunung yang sedang murka itu akibatnya cukup mengerikan. Di Tangerang, pantai utaranya digenangi sampai sejauh satu hingga satu setengah km dengan meminta korban manusia cukup besar.

Sembilan desa pantai musnah. Korban di daerah ini tercatat 1.794 orang penduduk asli dan 546 orang Cina dan Timur Asing lainnya.

Di Serang suara gemuruh mulai terdengar pada pukul 3 siang, hari Minggu. Malamnya terus-menerus tercium bau belerang dan guruh serta kilat terlihat dari arah Krakatau. Hari Seninnya langit di sebelah barat berwarna kelabu, lalu hujan abu turun tanpa hentinya.

Pukul setengah sebelas hari mulai kelam, dan makin menggelap, sehingga hampir tak terlihat apa-apa. Lewat pukul sebelas dikawatkan dari Serang bahwa terjadi hujan kerikil batu apung; tak lama kemudian hubungan telegram dengan Jakarta terputus.

Setelah hujan kerikil menyusul hujan lumpur, yakni abu basah melekat pada daun-daun dan dahan-dahan pohon sehingga kadang-kadang runtuh karena beratnya. Sekitar pukul 12 hujan lumpur ini terhenti, tetapi abu kering tetap turun.

Anehnya, selama itu di Serang tak terdengar letusan-letusan, bahkan suasana sangat sepi mencekam, yang membuat banyak orang makin gugup dan tertekan. Juga hewan peliharaan makin gelisah, mereka ingin sedekat mungkin dengan manusia di dalam rumah, di dekat lampu.

Dengan kekerasan sekalipun hewan-hewan itu tak berhasil diusir. Setelah pukul dua siang mulai terlihat agak terang di sebelah timur, ayam-ayam jantan mulai berkokok. Suara gemuruh mulai terdengar lagi, sedang hujan abu turun terus-menerus dan abu belerang menusuk hidung. Pada pukul empat sore lampu-lampu masih dinyalakan.

Surat-surat kabar yang terbit di Betawi bertanggal 28, 31 Agustus dan 4 September penuh dengan berita-berita tentang malapetaka yang menimpa daerah Banten.

Tetapi jarang sekali ada kisah saksi mata, sebab tempat-tempat yang letaknya di tepi pantai seperti Merak, Anyer dan Caringin hancur luluh dan hanya beberapa orang Belanda yang kebetulan melarikan diri pada saat yang tepat tertolong.

Ketika siuman semua gelap