Find Us On Social Media :

Ada yang Pelawak Ada Ibu Rumah Tangga Biasa, Ini 10 Wanita yang Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 9 Oktober 2024 | 13:12 WIB

Sekitar ada 10 wanita yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, hanya satu yang Pahlawan Nasional. Sisanya pelawak, ibu rumah tangga, dan wanita heroik lainnya.

Nyonya Paulina Siwabessy tewas pada saat melakukan tugas-negara. Apa persis tugas itu tidak tertulis dalam riwayat hidupnya di administrasi TMP Kalibata. Hanya dicatat bahwa pesawat terbang Convair 990 Pajajaran (GIA) yang ditumpanginya jatuh di Bombay (sekarang Mumbai) pada 28 Mei 1968. Dia dimakamkan tanggal 8 Juni 1968.

Riwayat hidup nyonya Syahrani Tiamima Harahap kelahiran Tapanuli 1916 juga tak lengkap. Dia meninggal di Rumah Sakit Gatot Subroto karena sakit. Anggota veteran ini dimakamkan di Kalibata tanggal 16 September 1972. Dalam buku hanya tertulis surat visum dari dokter rumah sakit yang bersangkutan.

Ini dadaku mana dadamu

Lain halnya dengan Haji Rangkayo Rasuna Said yang sejak kecil sudah berada di lingkungan keluarga yang bergerak dalam dunia pergerakan. Selain berkembang dalam politik dia juga terjun dalam hal agama.

Waktu dia masih kecil dan selama masa remajanya pergerakan kemerdekaan sudah mulai berkembang di daerahnya. Saat itu kamu wanita kurang mendapat kesempatan untuk menonjol dalam masyarakat.

Salah satu sebabnya adalah adat istiadat. Kaum wanita dalam pendidikan dan dalam dunia politik kurang berkembang.

Kecerdasan Rangkayo Rasuna Said tampak dari ucapan dan perbuatannya. Dia membenci penjajahan Jepang dan bercita-cita untuk merdeka. Di hadapan seorang pembesar Jepang yang bernama Mishimoto dia berani mengatakan:

“Boleh tuan sebut Asia Raya karena tuan menang, tapi Indonesia Raya pasti ada di sini” sambil menunjuk dadanya.

Orangnya pantang mundur, juga ketika perkawinannya ditentang oleh pamannya yang mempunyai kekuasaan dalam keluarga. Karena ketabahannya dan kekerasan hatinya dikabulkan juga akhirnya.

Pernah dia keluar dari penjara Semarang dengan membawa sepucuk surat penting. Dia berhasil menyelamatkan surat tersebut setelah melalui pemeriksaan yang mendebarkan hati.

Dia pandai berpidato sehingga apa yang dikatakan terbayang jelas seakan-akan dapat dilihat. Ini berkat kepandaiannya menyusun kata-kata sehingga enak didengar. Dia juga pernah menulis dalam surat kabar yang bernadakan pergerakan kemerdekaan.

Dia masuk sekolah desa di Maninjau pada usia enam tahun. Sekolah itu hanya sampai kelas V. Dia kemudian melanjutkan pelajaran ke Diniyah School di Padang Panjang. Di situ murid yang duduk di kelas tinggi mengajar murid kelas yang lebih rendah.