Find Us On Social Media :

Bukti Keterlibatan Pihak Asing dalam Gerakan Separatis PRRI/Permesta

By Afif Khoirul M, Selasa, 8 Oktober 2024 | 15:15 WIB

Pemberontakan PRRI/Permesta. Artikel ini menjelaskan latar belakang munculnya Gerakan Permesta pada masa Demokrasi Liberal di Indonesia, mengungkap faktor-faktor penting.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Fajar menyingsing di ufuk timur, namun langit Nusantara masih diselimuti mendung kelam.

Dekade awal kemerdekaan Indonesia, alih-alih diwarnai dengan harmoni pembangunan, justru dibayangi oleh gejolak disintegrasi yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

Di tengah riuh rendahnya panggung politik, muncullah gerakan separatis PRRI/Permesta, sebuah bara pemberontakan yang berkobar di Sumatera dan Sulawesi.

PRRI, singkatan dari Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia, diproklamirkan di Padang pada 15 Februari 1958 oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein.

Sementara itu, Permesta, kependekan dari Piagam Perjuangan Semesta Alam, dideklarasikan di Makassar pada 2 Maret 1957 oleh Kolonel Ventje Sumual.

Kedua gerakan ini, meskipun berbeda dalam nama dan lokasi, memiliki benang merah yang sama: ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah pusat dan hasrat untuk otonomi daerah yang lebih luas.

Namun, di balik bara pemberontakan yang berkobar, tersembunyi bayang-bayang kekuatan asing yang bermain dalam api.

Seperti dalang yang memainkan wayang dari balik layar, mereka menggerakkan PRRI/Permesta demi kepentingan geopolitik dan ekonomi mereka sendiri. Lantas, siapa dalang di balik layar ini?

Dan bagaimana jejak keterlibatan mereka terukir dalam sejarah kelam bangsa?

Jejak-Jejak Kaki Asing di Tanah Pertiwi

Salah satu bukti paling nyata dari keterlibatan asing dalam PRRI/Permesta adalah tertangkapnya pilot Amerika Serikat, Allen Lawrence Pope, di Ambon pada 18 Mei 1958.

Pope, yang menerbangkan pesawat pengebom B-26 Invader milik Angkatan Udara Revolusioner (AUREV), merupakan anggota CIA yang ditugaskan untuk membantu Permesta.

Penangkapan Pope membuka tabir keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan separatis ini.

Selain itu, dukungan Amerika Serikat juga terlihat dari bantuan persenjataan dan logistik yang diberikan kepada PRRI/Permesta. Pesawat-pesawat tempur, kapal perang, amunisi, dan perlengkapan militer lainnya mengalir deras dari negeri Paman Sam ke basis-basis pemberontak di Sumatera dan Sulawesi.

Dukungan ini jelas menunjukkan bahwa Amerika Serikat memiliki kepentingan besar dalam keberhasilan PRRI/Permesta.

Dokumen Rahasia yang Membuka Tabir Konspirasi

Berbagai dokumen rahasia yang terungkap di kemudian hari semakin memperkuat bukti keterlibatan asing dalam PRRI/Permesta.

Salah satunya adalah dokumen yang dirilis oleh National Security Archive (NSA) pada tahun 2017, yang berisi korespondensi antara pejabat Amerika Serikat dengan para pemimpin PRRI/Permesta.

Dalam dokumen tersebut, terungkap bahwa Amerika Serikat memberikan dukungan finansial, militer, dan politik kepada PRRI/Permesta.

Tujuannya adalah untuk melemahkan pemerintahan Presiden Soekarno yang dianggap condong ke blok komunis dan menggantinya dengan rezim yang lebih pro-Barat.

Motif di Balik Layar, Sebuah Permainan Catur Geopolitik

Keterlibatan Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta tidak terlepas dari konteks Perang Dingin yang sedang berkecamuk saat itu.

Amerika Serikat dan Uni Soviet, dua negara adidaya dengan ideologi yang berseberangan, bersaing untuk memperluas pengaruh mereka di berbagai belahan dunia.

Indonesia, dengan posisi geopolitiknya yang strategis dan kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah, menjadi salah satu arena pertarungan antara kedua blok tersebut.

Amerika Serikat khawatir Indonesia akan jatuh ke dalam pengaruh komunis, sehingga mereka berusaha untuk menjatuhkan Soekarno dan menggantinya dengan pemerintahan yang lebih pro-Barat.

Dampak Pemberontakan, Luka yang Menggores Persatuan

Pemberontakan PRRI/Permesta, meskipun akhirnya berhasil dipadamkan oleh pemerintah Indonesia, meninggalkan luka yang mendalam bagi bangsa. Ribuan nyawa melayang, infrastruktur hancur, dan perekonomian terpuruk.

Lebih dari itu, pemberontakan ini juga menimbulkan trauma psikologis dan menorehkan luka perpecahan di antara anak bangsa.

Meskipun PRRI/Permesta telah menjadi bagian dari sejarah kelam Indonesia, namun kisahnya tetap relevan untuk direnungkan.

Keterlibatan asing dalam gerakan separatis ini menjadi pengingat bagi kita akan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta menghindari campur tangan asing dalam urusan dalam negeri.

Sumber:

Kahin, Audrey R. (2005). From Rebellion to Integration: West Sumatra and the Indonesian Polity, 1926–1998. Amsterdam University Press.

Poesponegoro, Marwati Djoened & Notosusanto, Nugroho (Eds.). (1990). Sejarah Nasional Indonesia IV. Balai Pustaka.

Ricklefs, M. C. (2008). A History of Modern Indonesia Since c. 1300 (4th ed.). Palgrave Macmillan.

"CIA Acknowledges Role in 1958 Indonesia Coup Attempt". (2017, June 19). The National Security Archive.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---