Salah satu bukti paling nyata dari keterlibatan asing dalam PRRI/Permesta adalah tertangkapnya pilot Amerika Serikat, Allen Lawrence Pope, di Ambon pada 18 Mei 1958.
Pope, yang menerbangkan pesawat pengebom B-26 Invader milik Angkatan Udara Revolusioner (AUREV), merupakan anggota CIA yang ditugaskan untuk membantu Permesta.
Penangkapan Pope membuka tabir keterlibatan Amerika Serikat dalam gerakan separatis ini.
Selain itu, dukungan Amerika Serikat juga terlihat dari bantuan persenjataan dan logistik yang diberikan kepada PRRI/Permesta. Pesawat-pesawat tempur, kapal perang, amunisi, dan perlengkapan militer lainnya mengalir deras dari negeri Paman Sam ke basis-basis pemberontak di Sumatera dan Sulawesi.
Dukungan ini jelas menunjukkan bahwa Amerika Serikat memiliki kepentingan besar dalam keberhasilan PRRI/Permesta.
Dokumen Rahasia yang Membuka Tabir Konspirasi
Berbagai dokumen rahasia yang terungkap di kemudian hari semakin memperkuat bukti keterlibatan asing dalam PRRI/Permesta.
Salah satunya adalah dokumen yang dirilis oleh National Security Archive (NSA) pada tahun 2017, yang berisi korespondensi antara pejabat Amerika Serikat dengan para pemimpin PRRI/Permesta.
Dalam dokumen tersebut, terungkap bahwa Amerika Serikat memberikan dukungan finansial, militer, dan politik kepada PRRI/Permesta.
Tujuannya adalah untuk melemahkan pemerintahan Presiden Soekarno yang dianggap condong ke blok komunis dan menggantinya dengan rezim yang lebih pro-Barat.
Motif di Balik Layar, Sebuah Permainan Catur Geopolitik
Keterlibatan Amerika Serikat dalam PRRI/Permesta tidak terlepas dari konteks Perang Dingin yang sedang berkecamuk saat itu.