Find Us On Social Media :

Batik Betawi Hidup Lagi Lewat Batik Seraci, Ada Monas dan Si Pitung di Dalamnya

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 19 September 2024 | 13:32 WIB

Motif batik seraci yang kaya akan ikon-ikon khas Betawi seperti Monas dan Si Pitung.

Batik seraci juga mendapat sambutan hangat di pasaran. Motifnya yang lebih beragam dan dominasi warna-warna cerah menarik minat konsumen untuk membeli. Yayuk Sudiono, pemilik butik batik seraci di Bekasi Timur, adalah pihak yang ikut “kecipratan“ rezekinya.

Menurut dia, para pembeli menyukai batik seraci lantaran corak dan warnanya yang cerah. Motif batik yang menggambarkan kehidupan sehari-hari orang Betawi juga dirasa lebih mengena bagi sebagian warga ibu kota.

Permintaan pasar semakin bagus karena batik seraci datang pada momentum yang pas. Era “kebangkitan batik” yang antara lain ditandai dengan pemakaian baju batik oleh para pekerja kantoran, ikut mendorong populernya batik seraci. Beberapa sekolah, instansi pemerintah, dan organisasi Dharma Wanita di DKI sudah ikut memakai batik seraci.

Hmm ... berawal dari gagasan melestarikan budaya Betawi lewat batik, kini usaha rintisan Erna menjadi peluang bisnis menggiurkan.

Seraci: bati Betawi atau bukan?

Sebelum Ernawati, pada 2007, sempat ada pembatik asal Yogyakarta bernama Daud Wironegoro yang coba melahirkan batik Betawi. Desainnya nyaris sama dengan seraci. Batik ini merupakan pesanan dari Balai Kerajinan di Cakung. Motifnya mengangkat ikon-ikon Jakarta seperti ondel-ondel, Monas, dsb.

Hanya saja, menurut Asmoro Damais, ahli batik senior Indonesia, “Batik karya Daud tersebut dikecam oleh beberapa pihak, termasuk saya. Sebab, desainnya tidak pantas disebut batik Betawi.”

Penilaian “tidak pantas” itu muncul karena batik karya Daud dianggap tidak sesuai dengan akar motif batik Betawi yang biasanya berkisar motif tumpal segitiga, pucung rebung, atau mega mendung. Sementara motif-motif pada batik karya Daud mengangkat ikon-ikon modern yang baru dibangun, seperti Monas.

Lalu bagaimana dengan nasib batik Betawi ala Ernawati yang juga menampilkan ikon-ikon modern?