Find Us On Social Media :

Batik Betawi Hidup Lagi Lewat Batik Seraci, Ada Monas dan Si Pitung di Dalamnya

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 19 September 2024 | 13:32 WIB

Motif batik seraci yang kaya akan ikon-ikon khas Betawi seperti Monas dan Si Pitung.

Kedua, para ibu dan remaja yang dikadernya itu perlu waktu lama untuk menguasai teknik membatik. “Butuh kesabaran dan ketekunan yang lebih untuk mendampingi mereka,” papar Erna yang kini mempekerjakan 20 orang di sanggar batiknya.

Kini para pekerja yang kebanyakan adalah warga di sekitar kawasan Marunda, Jakarta Utara, mampu menghasilkan 20 potong batik cetak serta dua potong batik tulis setiap bulan.

Rupanya kegiatan Erna menarik minat banyak orang. Terbukti dengan banyaknya orang dari wilayah di luar Marunda yang ikut belajar membatik. Sebut saja dari kampung Muara Tawar (Bekasi) dan beberapa tempat di wilayah Tanjung Priok.

Beberapa di antaranya mendirikan sanggar batik di tempat masing-masing. Tapi mereka selalu kontak dengan sanggar “induk” di Marunda karena masih butuh pendampingan.

Sanggar di Marunda sendiri, menurut Erna, masih sering mengadakan pelatihan, setidaknya sampai 10 kali dalam 19 bulan terakhir. Setiap sesi pelatihan diikuti sekitar 15-20 orang.

Untuk memudahkan pemasaran, Erna membuka beberapa galeri di beberapa titik lokasi perbelanjaan di Jakarta. Galeri yang kini khusus memajang batik seraci ada di bilangan Bendungan Hilir, Cilandak, dan Thamrin City.

Pernah mati karena limbah

Sosialisasi dan usaha menggalang dukungan mulai berbuah. Batik seraci diundang untuk membuka stand di arena Pekan Raya Jakarta 2011. Undangan ini datang atas usulan dari Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB). Rupanya LKB mulai ngeh dengan keberadaan batik seraci dan visi budaya yang dibawanya.

Rudy Haryanto, staf Bidang Pelestarian LKB, menjelaskan bahwa batik seraci menjadi titik terang kemunculan kembali batik Betawi. “Mereka berhasil mengembangkan motif-motif yang menggambarkan kehidupan orang Betawi,” ucap Rudy. Merujuk kepada beberapa literatur, Rudy menengarai batik Betawi memang pernah hidup.

Salah satu bekas sanggarnya berada di daerah Cakung, Jakarta Timur. Sanggar itu harus mati lantaran limbahnya dianggap mengotori sungai.

Belakangan LKB giat memfasilitasi pengembangan batik seraci sebagai batik Betawi yang terlahir kembali. Misalnya, melalui kerjasama pelatihan batik. LKB bahkan tengah merencanakan pembentukan Keluarga Batik Betawi (KBB).

Tujuannya, demi meningkatkan apresiasi dan pengembangan batik Betawi. KBB nantinya menjadi salah satu lembaga yang menginduk ke LKB.