Kauman, Kampung Batik Yang Awalnya Permukiman Ulama Keraton Solo

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Ada dua kampung batik di Solo, Jawa Tengah. Kampung Laweyan dan Kampung Kauman. Surga batik ada di dua tempat ini.
Ada dua kampung batik di Solo, Jawa Tengah. Kampung Laweyan dan Kampung Kauman. Surga batik ada di dua tempat ini.

Ada dua kampung batik di Solo, Jawa Tengah. Kampung Laweyan dan Kampung Kauman. Surga batik ada di dua tempat ini.

--------------------------------------------------------------------------------------Saat ini Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow kami di sini

--------------------------------------------------------------------------------------

Intisari-Online.com -Jika berbicara sentra batik di Surakarta, Jawa Tengah, jangan pernah mengabaikan Laweyan dan Kampung Kauman. Di dua tempat itulah batik-batik terbaik di Kota Solo dihasilkan.

Yang pertama adalah Kampung Kauman.

Secara administratif kampung ini bagian dari Kecamatan Pasar Kliwon, Solo. Batas utaranya Jalan Slamet Riyadi, batas baratnya Nonongan, batas selatannya Soyudan, dan batas timurnya alun-alun.

Keberadaan Kampung Kauman ini tak lepas dari keberadaan Keraton Surakarta. Kampung ini dibangun bersamaan dengan berdirinya Masjid Agung. Di sinilah tempat bermukim para ulama pada masa lampau.

"Karena letaknya strategis, dekat karaton, ada pusat religinya, dekat pasar, dan dikelilingi pusat-pusat bisnis yang telah tertata sejak dulu, maka warga kauman tidak hanya ulama abdi dalem keraton, tetapi juga penghasil batik, kuluk (topi), samir, dan makanan khas untuk keraton," jelas Gunawan Setiawan, ketika itu Ketua Kampung Wisata Batik Kauman yang dibentuk pada 2006, kepada Intisari pada 2009.

Kini, di tempat ini terdapat tak kurang dari 70 pengusaha batik. Dalam catatan Gunawan, di kampung ini terdapat sekitar 50 galeri batik. "Sekarang, wisatawan gampang sekali mendapatkan showroom batik," ujarnya.

Kalau Anda memasuki kampung wisata batik ini, di beberapa sudut dalam kampung kita dapat dengan mudah menemukan rambu "Kampoeng Wisata Batik Kauman" dan rambu penunjuk arah. Di sini Anda jugadapat melakukan berbagai atraksi wisata, dari sekadar cuci mata atau berbelanja batik, belajar membatik, hingga belajar tentang perkembangan batik di Surakarta melalui museum-museum batik yang dimiliki para pengusaha batik di Kauman.

Untuk urusan belanja, galeri batik di Kauman menyediakan beragam produk berbahan batik. Jenis batik yang digunakan sebagai bahan produk-produk itu juga sangat beragam. Tak cuma belanja. Di Kauman Anda juga dapat belajar membatik. Menurut Gunawan, ada sekitar lima pengusaha batik di Kauman, termasuk dirinya, yang membuka pintu pabriknya bagi pengunjung untuk belajar membatik.

Beberapa pengusaha batik Kauman juga memiliki museum-museum pribadi yang dapat Anda kunjungi secara gratis. Di dalamnya dipamerkan batik khas Kauman dan batik-batik khas Surakarta. Seorang pemandu akan menemani Anda melihat koleksi museum dan menjelaskan kepada Anda soal motif dan makna motif itu, bahan, tahun pembuatan, serta penggunaannya.

Baca Juga: Inilah Jawabannya, Kenapa Tanggal 2 Oktober Diperingati Sebagai Hari Batik Nasional

Kampung Laweyan

Kampung Laweyan dulu adalah bagian Kerajaan Pajang (1546), berada di bagian barat daya Surakarta. Kampung seluas 24 ha ini berada di Kecamatan Laweyan, Surakarta. Dalam sejarah Surakarta, kampung yang semula merupakan perkampungan tenun ini mempunyai andil terhadap perkembangan batik di Solo.

"Batik di sini, batik berbasis masyarakat. Karenanya, pada masa lalu banyak pembatik Laweyan yang ditawari menjadi pembatik di keraton," jelas Ir. Alpha Febela Priyatmono, MT., saat itu Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, kepada Intisari 2009.

Pada masa lalu, kampung ini memang dipersiapkan sebagai kawasan industri. Di sini rumahnya besar-besar, ada halamannya, dan ada pabriknya sebagai tempat produksi. Tiap rumah itu dikelilingi pagar tembok tinggi.

"Tapi antarrumah ada (semacam) connecting door, baik di dalam tanah maupun di atas tanah," ungkap Alpha.

Setelah sempat tak terdengar lagi namanya sejak tahun 1960-an, pada 2004 Laweyan kembali hidup sebagai kampung batik. Perkampungannya ditata. Di lima jalan masuknya dari Jalan Dr. Rajiman, dipasang papan nama "Kampoeng Batik Laweyan". Jalan-jalan diperbaiki. Juga dibuatkan pa-pan penunjuk arah.

Khusus di perempatan jalan di dekat bekas Pasar Laweyan, dibuatkan Tugu Batik. Tak ketinggalan, di beberapa tempat dibuatkan shelter becak wisata yang siap mengantarkan pengunjung keliling Laweyan. Showroom pun bermunculan. Saat ini setidaknya ada 15 gerai batik. Produk yang dijual meliputi pakaian, tas, dompet, dsb.

"Sebelum tahun 2004, di sini tidak ada showroom," ujar pemilik gerai Batik Mahkota ini.

Menurut Alpha, di Kampung Laweyan hingga awal Februari 2009 terdapat 56 perusahaan batik berbagai kelas, dari yang kecil hingga besar. Beberapa di antaranya memiliki gerai untuk menjual produknya sendiri. Bahkan tak sedikit pula yang memiliki museum batik pribadi.

"Kami hams belajar dari pengalaman dulu. Kami memperlakukan batik tidak hanya sebagai suatu produk sandang, tetapi juga sebagai produk budaya, sehingga sisi budayanya betul-betul digali. Karena itu kawasan ini dikembangkan menjadi kawasan wisata yang terintegrasi," jelasnya.

Gerai-gerai batik di Kampung Laweyan menyediakan produk-produk batik dengan beragam jenis dan kelas. Ada batik cap, batik etsa, batik tolet, ada pula batik tulis. Jenis batik itu tentu akan menentu-kan harga produknya. Sama seperti di Kampung Kauman, di sini kamu juga bisa belajar membatik, mengetahui perkembangan batik laweyan, bahkan sejarah Kampung Laweyan.

Sebagian besar perusahaan telah terbuka bagi pengunjung yang ingin melihat proses produksi dan belajar membatik. Bahkan, di kampung ini juga telah berdiri Laweyan Batik Training Center tempat pengunjung dalam kelompok besar belajar membatik.

Yang menarik, di Kampung Laweyan Anda dapat menjumpai pembatik laki-laki. Satusatunya pabrik yang memiliki pembatik laki-laki itu adalah Batik Mahkota. Untuk mengembangkan kampung ini, setiap tanggal 25 diadakan kegiatan budaya dalam berbagai bentuk, dari sarasehan, pagelaran seni tari, hingga pameran. Acara bulanan ini seluruhnya melibatkan warga Kampung Laweyan.

Begitulah riwayat dua kampung batik di Solo, Anda wajib mengunjunginya.

--------------------------------------------------------------------------------------Saat ini Intisari hadir diWhatsApp Channel, follow kami di sini

--------------------------------------------------------------------------------------

Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News

Artikel Terkait