Find Us On Social Media :

Tato, antara Cap Kriminal, Gaya Hidup, dan Tradisi Masyarakat Dunia

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 16 September 2024 | 16:41 WIB

Tato, beberapa tahun yang lalu, diidentikkan dengan dunia kriminal. Tapi belakangan, ia menjadi gaya hidup. Tapi yang jelas, tato adalah tradisi sebagian masyarakat di dunia, termasuk di Indonesia.

Tato, waktu itu, seakan identik dengan tindak kriminal sehingga tato menimbulkan kesan "hitam legam".

Zaman petrus sudah lewat. Orang-orang bertato, siapa pun dia, tak lagi dikejar-kejar rasa takut, dan kini tidak ada lagi alasan untuk takut. Sebab, tato memang tidak jahat. Bukan pula simbol kejahatan. Yang bisa jahat itu orangnya.

"Saya rasa soal perilaku nggak ada hubungannya dengan tato," ungkap Bram Ibrahim (ketika diwawancara berusia 33 tahun dan seorang karyawan perusahaan swasta) yang tubuhnya nyaris habis dibalut tato. "Banyak kok orang nggak bener yang nggak ada tatonya," tambahnya. Yang pasti, punya tato ada enak dan tidaknya.

Di lingkungan keluarga, aku Bram, istrinya sesekali mengeluh bila Bram hendak menambah rajahan pada tubuhnya. Sementara itu, "Kalau naik bus dan kebetulan duduk bersebelahan dengan cewek, tadinya biasa saja. Begitu tahu kita bertato, langsung tasnya dipegang kenceng-kenceng," ungkap Bram menceritakan pengalamannya.

Lain lagi pengalaman Peser (saat diwawancara Intisari pada 1993 berusia 54), suhunya para pentato. Tato bisa mengurangi kepercayaan orang terhadap pemakainya. Misalnya, "Kalau ia bekerja, tidak bakalan dipercaya menangani keuangan. Coba kalau nggak ditato, nggak begitu 'kan?" ungkap pria yang sejak belasan tahun sudah menggeluti dunia tato ini.

Sedangkan enaknya punya tato, antara lain, mudah dikenali orang.

"Bisa jadi semacam trademark. Kalau ada orang nanya, di mana Bram? Bram yang mana? Oh, Bram Tato. Sudah, tak salah lagi, pasti saya," jelas Bram bangga.

Menurut Wahyu (ketika itu 36 tahun), yang juga tukang rajah, tato bisa memudahkan petugas melacak pelaku kejahatan. Asal mengenali ciri-ciri tato pada pelaku kejahatan, pihak yang berwajib bisa minta bantuan pentato untuk melacak tempat tinggalnya, karena biasanya pentato tahu persis identitas kliennya.

Tato bisa pula untuk mempercantik wajah umpamanya dengan bikin tahi lalat, mempertebal alis atau mempermak alis yang rusak, ataupun menghilangkan kesan botak di kepala.

Bahkan, menurut Peser, belang-belang putih bekas luka operasi atau luka bakar di wajah bisa dimuluskan kembali dengan tato yang sewarna dengan kulit. Yang ini populer disebut tato salon.

Bikin ketagihan

Lepas dari enak tidaknya, menguntungkan atau merugikan, tato oleh sementara orang, termasuk Bram, Peser ataupun Wahyu, dianggap sebagai suatu bentuk karya seni. Untuk bisa membuat tato yang indah seseorang setidaknya memiliki jiwa seni. Syukur-syukur kalau punya latar belakang pendidikan formal seperti Wahyu yang lulusan sekolah seni rupa.