Find Us On Social Media :

Mengapa Belanda Mendirikan STOVIA pada Awal Abad ke-20?

By Afif Khoirul M, Selasa, 3 September 2024 | 14:20 WIB

Mahasiswa STOVIA Pendiri dan anggota Budi Utomo. Artikel ini akan menguraikan secara singkat sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia dari tahun 1908 hingga 1942.

Selain itu, dokter-dokter pribumi juga diharapkan dapat lebih mudah beradaptasi dengan budaya dan bahasa lokal, sehingga komunikasi dengan pasien menjadi lebih lancar dan efektif.

Namun, di balik motif-motif pragmatis tersebut, pendirian STOVIA juga membawa dampak yang tak terduga. Sekolah ini menjadi tempat bertemunya para pemuda-pemuda cerdas dari berbagai penjuru Nusantara, tempat mereka menimba ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Di bangku-bangku kuliah STOVIA, mereka tidak hanya belajar tentang anatomi, fisiologi, dan farmakologi, tetapi juga tentang nilai-nilai kemanusiaan, etika, dan semangat pengabdian.

STOVIA menjadi kawah candradimuka bagi lahirnya generasi baru kaum terpelajar pribumi, generasi yang tidak hanya menguasai ilmu kedokteran, tetapi juga memiliki kesadaran sosial dan politik yang tinggi.

Mereka menyaksikan sendiri ketidakadilan dan diskriminasi yang dialami oleh rakyat mereka di bawah kekuasaan kolonial. Mereka merasakan sendiri betapa sulitnya mendapatkan akses pendidikan dan layanan kesehatan yang layak.

Semangat nasionalisme mulai berkobar di dada para mahasiswa STOVIA. Mereka menyadari bahwa kemerdekaan bukanlah sekadar impian kosong, melainkan sebuah tujuan yang harus diperjuangkan dengan segenap jiwa dan raga.

Di ruang-ruang diskusi dan organisasi kemahasiswaan, mereka merumuskan ide-ide dan strategi untuk melawan penjajahan.

STOVIA bukan hanya melahirkan dokter-dokter, tetapi juga para pemimpin pergerakan nasional. Tokoh-tokoh seperti Soetomo, Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Wahidin Soedirohoesodo adalah alumni STOVIA yang kemudian menjadi pelopor perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Mereka menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh di STOVIA untuk membangun kesadaran nasional dan mengorganisir perlawanan terhadap penjajah.

Pendirian STOVIA oleh pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-20 adalah sebuah paradoks sejarah. Di satu sisi, sekolah ini didirikan untuk melayani kepentingan ekonomi dan politik penjajah.

Namun, di sisi lain, STOVIA justru menjadi tempat lahirnya semangat nasionalisme dan perlawanan terhadap penjajahan.

STOVIA adalah bukti bahwa pendidikan adalah senjata yang ampuh, senjata yang dapat mengubah nasib sebuah bangsa.