Find Us On Social Media :

Mengapa Belanda Mendirikan STOVIA pada Awal Abad ke-20?

By Afif Khoirul M, Selasa, 3 September 2024 | 14:20 WIB

Mahasiswa STOVIA Pendiri dan anggota Budi Utomo. Artikel ini akan menguraikan secara singkat sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia dari tahun 1908 hingga 1942.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di bawah naungan langit tropis yang senantiasa cerah, Hindia Belanda di awal abad ke-20 meregangkan sayapnya sebagai permata tak ternilai di mahkota kolonial Belanda.

Rempah-rempah harum, ladang tebu yang membentang luas, dan kekayaan alam lainnya mengalir deras ke negeri kincir angin, menyuburkan kemakmuran dan ambisi bangsa penjajah.

Namun, di balik gemerlap kemewahan dan kekuasaan, tersembunyi kebutuhan yang mendesak, sebuah persoalan yang menuntut penyelesaian: kebutuhan akan tenaga medis yang memadai.

Wabah penyakit tropis seperti malaria, disentri, dan kolera kerap kali menebar maut di seantero Nusantara, merenggut nyawa tak terhitung jumlahnya, baik dari kalangan pribumi maupun orang-orang Belanda yang datang mengadu nasib di tanah jajahan.

Layanan kesehatan yang tersedia masih sangat terbatas, dan mendatangkan dokter-dokter terlatih dari Eropa membutuhkan biaya yang sangat besar. Di tengah dilema ini, pemerintah kolonial Belanda menyadari bahwa mereka harus mencari solusi yang lebih berkelanjutan dan hemat biaya.

Maka, lahirlah gagasan untuk mendirikan sebuah sekolah kedokteran di Hindia Belanda, sebuah lembaga pendidikan yang akan mencetak dokter-dokter pribumi yang cakap dan terampil.

Pada tahun 1902, Sekolah Dokter Djawa didirikan di Batavia, yang kemudian bertransformasi menjadi STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) pada tahun 1909.

Pendirian STOVIA bukan semata-mata dilandasi oleh semangat filantropi atau kepedulian terhadap kesehatan rakyat pribumi. Di balik niat baik tersebut, tersimpan pula kalkulasi politik dan ekonomi yang cermat.

Pemerintah kolonial Belanda berharap bahwa dengan adanya dokter-dokter pribumi, mereka dapat menekan biaya layanan kesehatan di Hindia Belanda.

Dokter-dokter lulusan STOVIA akan menerima gaji yang jauh lebih rendah dibandingkan dokter-dokter Eropa, sehingga pemerintah dapat menghemat anggaran secara signifikan.