Find Us On Social Media :

Kisah-kisah Unik di Balik Penumpasan Gerakan 30 September 1965

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 1 September 2024 | 11:19 WIB

Penumpasan gerakan makar yang didalangi gerombolan yang mengatasnamakan dirinya Gerakan 30 September tersebut masif dilakukan di seluruh negeri oleh ABRI (kini TNI). Kami menggali beberapa peristiwa yang tak banyak diingat orang lagi dari harian Kompas dan Sinar Harapan terbitan waktu itu.

"Batu," penjaga yang bersenjatakan bedil menyapanya.

Si Petugas sadar betul bahwa ia harus menyahut dengan kata sandi tertentu. Tapi apa, ya? Padahal ia tak mempunyai pas malam. Keringat dingin mulai mengucur. "Batu," penjaga berteriak.

Dia belum juga ingat. Penjaga memberinya kesempatan satu kali lagi dengan meneriakkan, "Batu!" 

Si Petugas nekat saja menjawab, "Genteng."

Kontan ia diciduk, karena yang betul hanya huruf awalnya saja. Kata sandi yang harus diucapkannya malam itu adalah, "Gading". Syukurlah, usut punya usut, akhirnya dia dibebaskan juga. Masalah semacam inilah yang membuat petugas-petugas malam yang gampang grogi membuat contekan di telapak tangannya. Memang kerahasiaannya jadi berkurang, tapi apa boleh buat? (Sinar Harapan, Jumat, 22 Oktober 1965)

Terlalu Bersemangat?

Lain lagi yang terjadi di lingkungan media. Entah karena begitu bersemangat dalam suasana mengganyang Gerakan 30 September, sebuah surat kabar memasang iklan ucapan selamat atas pengangkatan Pak Harto yang waktu itu panglima Kostrad menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat.

Dengan huruf-huruf yang mencolok terpampang di iklan itu bahwa Mayjen Soeharto diangkat menjadi Menteri Panglima Tertinggi ABRI/Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno. Tentu saja wartawan surat kabar tersebut menjadi cukup sibuk meminta maaf ketika iklan itu disodorkan kepadanya oleh Kepala Perwira Penerangan Kostrad saat itu. (Kompas, Sabtu, 23 Oktober 1965)

Pagi-pagi Buta Tanggal 23

Oktober 1965 sebuah truk yang mengangkut beberapa orang pemuda merayapi salah satu jalan di Solo. Para pemuda itu berseru, "Bantun... bantuan... Kampung Madu (bukan nama sebenarnya) diserang... ayo bantuan...!"

Dalam sekejap berjubel-jubellah truk itu dengan orang-orang yang ingin memberikan bantuan kepada kampung yang dikenal simpatisan G30S dan ketika itu sedang dilanda kaum demonstran. Di sebuah tanjakan di Jln. Sorogenen terjadi kejutan.

Beberapa prajurit baret merah muncul. “Angkat tangan semua!” perintah anggota RPKAD (sekarang Kopassus) tersebut. Dengan saling berpandangan terpaksalah mereka patuh digiring ke hotel prodeo. Mau nolong malah ketodong. (Kompas, Jumat 3 Desember 1965)