Find Us On Social Media :

Kuda Lumping Kuda Bambu Yang Gemar Makan Beling Laiknya Kerupuk

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 7 Agustus 2024 | 16:17 WIB

Kuda lumping, kuda bambu yang doyan makan beling. Tak afdal bila tak ada pawang.

Penonton di tepi lapangan mulai menjauh dan beberapa pawang pembantu segera melemaskan otot-otot penari yang kejang tadi. "Saat itu mereka sudah kemasukan," kata Dasuki (55) yang sudah kenyang jadi pawang kuda lumping.

Setelah otot penari yang kejang dilemaskan kembali, gerak tarian jadi tampak aneh. Tetap mengikuti suara gamelan, namun sepertinya bukan mereka lagi yang bergerak. Mata mereka menjadi liar dan beringas.

Semprong lampu jadi seperti kerupuk

Tak lama kemudian salah seorang pawang pembantu yang berada di pinggir lapangan datang membawa satu tampah penuh semprong lampu. Seorang penari melompat menerkam. Yang membawa tampah lebih sigap.

Dia cepat menghindar. Namun, tetap saja sebuah semprong kena disambar, langsung dimasukkan ke dalam mulutnya. Beling-beling itu dikunyah dan ditelan. Ada darah mengalir di sudut bibirnya, tetapi seperti tak dirasakan.

Di sudut lain seorang membawa ember penuh dengan rumput segar, dikejar oleh salah seorang penari yang kemasukan. Ketika pembawa rumput memperlambat larinya serta meletakkan ember di tanah, langsung saja penari tadi menyusupkan kepalanya ke dalam ember.

Dengan lahap dilalapnya rumput segar tersebut. Di sudut lam seorang penari mencoba merengut tampah sesaji, tapi tak berhasil. Tak ketinggalan ayam di bawah meja sesaji hendak dikunyah pula.

Untung saja ayam dan sesaji sempat diselamatkan oleh seorang pawang yang memang siap siaga di dekat situ. Tetap saja sebutir telur ayam mentah sempat tersambar dan langsung dimasukkan ke dalam mulut. Pertunjukan ini cukup menegangkan, tak jarang pekik ngeri penonton terdengar di sela bunyi gamelan.

Ada dua jenis kemasukan (trance) dalam tarian kuda lumping ini. Yang pertama, setengah kemasukan. Sang penari menyadari sepenuhnya apa yang dilakukannya, namun tidak dapat menahan keinginan yang keluar dengan sendirinya.

Sedangkan yang kedua, kemasukan dengan sepenuhnya. Pemain kuda lumping sama sekali tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, kata Dasuki. Justru di saat kemasukan inilah yang membuat para penari merasakan kepuasan-kepuasan tersendiri.

Hari telah semakin sore, pemain kuda lumping telah silih berganti kemasukan, bahkan beberapa pawang pembantu pun telah pula ikut ambil bagian dalam pesta beling. Penonton sudah tidak sesemarak sebelumnya. Beberapa penari yang mungkin sudah dua atau tiga kali kerasukan, telah kelihatan lelah. Rias wajahnya pun telah lama pudar, darah di tepi bibir sudah mengering. Bunyi musik tak sehingar pagi tadi.

Para anak wayang beberapa sudah berganti pakaian, pagelaran hampir usai. Pegal di seluruh badan penari terobati dengan sambutan penonton yang cukup simpatik.