Find Us On Social Media :

Sayuti Melik Tentang Peristiwa Rengasdengklok: Pagi-pagi Dibangunkan Bung Karno Sudah Tak Ada

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 3 Agustus 2024 | 14:02 WIB

Sayuti Melik ada di rumah Pegangsaan Timur 65 ketika Bung Karno dan Bung Hatto diculik golongan pemuda ke Rengasdengklok.

Demikian amanat Bung Karno mendahului pembacaan Proklamasi Kemerdekaan, menurut Moh.Yamin dalam bukunya Dari Proklamasi Sampai Resopim. Ada perbedaan pendapat antara golongan Soekarno-Hatta dan golongan Pemuda pada masa itu tentang unsur Jepang. Golongan Pemuda tak mau tahu Jepang. Mereka menolak sama sekali kemungkinan adanya kesan seakan-akan kemerdekaan yang akan diproklamasikan adalah "hadiah" Jepang.

Golongan Soekarno-Hatta juga tetap bersandar pada kekuatan sendiri. Tetapi mereka memandang unsur kekuatan Jepang yang masih ada, sebagai realitas yang tak dapat diabaikan, justru untuk menyusun organisasi dan kekuatan revolusi selanjutnya. Keduanya tetap hendak mempergunakan Panitia Persiapan Kemerdekaan yang ditambah dengan unsur Pemuda dan unsur-unsur lain sebagai tempat musyawarah dan penyalur.

Di antara para pejabat tinggi Jepang kala itu, tokoh Laksamana Muda Maeda dari Kaigun sungguh menarik. Oleh historicus Belanda H.J. De Graaf, Maeda dilukiskan sebagai seorang perwira Angkatan Laut yang karena lebih banyak melihat dunia dalam tugasnya, lebih luas dan lebih terang pandangannya tentang situasi yang sebenarnya dibandingkan dengan para perwira Angkatan Darat.

Maeda berusaha mengadakan kontak dengan masyarakat antara lain melalui Kantor Penerangan yang pimpinannya dipegang oleh Mr. Subardjo.

Sayuti Melik dari semula tertarik oleh sikap Laksamana Muda Maeda. Sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang sudah banyak makan garam, dia tidak begitu saja percaya akan sikap baik perwira tinggi Jepang tersebut. Dia mencari motifnya. Motif yang dia peroleh dari Maeda ternyata begitu bersifat manusiawi, sehingga dia dapat menerimanya.

Menurut Sayuti motif itu adalah: setelah Jepang kalah, Maeda percaya tamat pula riwayat negara dan dirinya. Berakhirlah hidupnya. Apakah dia membantu kemerdekaan bangsa Indonesia atau tidak, bagi dirinya sendiri sama, tamat riwayatnya. Daripada pergi tanpa meninggalkan jasa, lebih baik pergi dengan meninggalkan nama. Kenangan baik itu ialah sikapnya yang bersimpati terhadap kemerdekaan Indonesia.

Tanggal 16 Agustus pagi buta, Sajuti dibangunkan dan diberi tahu bahwa Bung Karno, Fatmawati dan Guntur tidak ada di tempat. Mereka mencari keterangan dari Mr. Subardjo, kemudian dari Maeda, tetapi tetap tidak mendapatkan. Pada waktu itu mereka pun belum tahu di mana Bung Karno. Baru kemudian setelah diadakan penyelidikan perwira Jepang itu mengetahuinya.

Peristiwa ini kemudian kita kenal sebagai Peristiwa Rengasdengklok. Pagi itu sekitar pukul 4 pagi, oleh pemuda-pemuda Sukarni, Chaerul Saleh dan lain-lain, Bung Karno dan Bung Hatta dibawa ke Rengasdengklok, ke sebuah asrama Peta. Menurut para pemuda, di sana lebih aman untuk kedua pemimpin tersebut.

Akhirnya, terdapat persesuaian paham antara Soekarno-Hatta, Pemuda dan Maeda. Kedua pemimpin itu dibawa kembali ke Jakarta, dan pada tanggal 16 Agustus malam diadakan pertemuan di rumah Laksamana Muda Maeda. Oleh karena tempat yang direncanakan semula Hotel Duta Indonesia, ternyata sudah tutup.