Find Us On Social Media :

Jejak Langkah Paus Yohanes Paulus II Sebagai Agen Perdamaian Dunia

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 18 Juli 2024 | 14:48 WIB

Sebelum Paus Fransiskus, sudah ada dua Paus yang datang ke Indonesia. Paus Paulus VI dan Paus Yohanes Paulus II.

Rupanya pertemuan dengan pejabat tinggi Uni Soviet itu membuat Paus semakin yakin akan tercapainya perdamaian dunia. Karena itu dalam surat wasiatnya, tahun 1989, ia menulis, "Bahaya perangnuklir telah lewat dan kita songsong perdamaian."

Menyusul invasi Irak ke Kuwait, pada 26 Agustus 1990 Paus mengirimkan pesannya untuk perdamaian di Teluk Persia. Pada tanggal 15 Januari ia mengirimkan surat kepada Presiden Amerika Serikat George Bush dan Presiden Irak Saddam Hussein dalam usaha menghindari Perang Teluk. Pada waktu Irak menginvasi Kuwait, Amerika Serikat yang sering kali dijuluki polisi dunia tentu saja bereaksi keras dan akhirnya mengirimkan pasukannya ke sana untuk terjun di kancah Perang Teluk.

Tanggal 23 Januari 1994,Paus Yohanes Paulus II kembali memimpin perjamuan di Basilika Santo Petrus untuk perdamaian di daerah Balkan. Pada tanggal 8 Mei 1995, Sri Paus mengirimkan pesan dalam peringatan 50 tahun berakhirnya Perang Dunia II. Sebulan kemudian, tepatnya tanggal 11 Juni, ia juga mengadakan misa suci di Basilika Santo Petrus untuk memperingati akhir PD II di Eropa.

Ketika perang meletus di Kosovo, pada tanggal 1 April 1999 Paus mengutus Uskup Agung Tauran ke Beograd untuk membawa surat pribadinya bagi Presiden Republik Federal Yugoslavia Slobodan Milosevic.

Pada tanggal 4 April 1999, dalam pesan Paskahnya, Urbi et Orbi, Paus juga menyinggung masalah perdamaian di Kosovo. Sebulan kemudian (8 Mei 1999) Paus terbang ke Bucharest untuk bertemu dengan Teoctist, kepala Gereja Ortodoks Rumania. Pada akhir pertemuan, kedua orang itu menandatangani pernyataan bersama untuk perdamaian di Kosovo.

Coba membatalkan Perang Irak

Jangkauan Paus Yohanes Paulus II benar-benar luar biasa. Jika tidak sempat datang sendiri ke medan peperangan ataupun tempat terjadinya penderitaan, ia akan berusaha mengirimkan utusan ataupun pesan.

Tanggal 9 September 1999, Paus mengirimkan pesan kepada uskup Timor Timur. Ia menyatakan keprihatinannya terhadap penderitaan rakyat di daerah itu akibat kerusuhan pascajajak pendapat yang berakhir dengan kemerdekaan negeri itu.

Meskipun hampir tewas di tangan Mehmet Ali Agca, pada tanggal 13 Juni 2000 Paus Yohanes Paulus II menyatakan kepuasannya kepada Presiden Italia atas grasi yang diberikan kepada orang yang mencoba membunuhnya pada tanggal 13 Mei 1981 itu.

Saat Amerika dikejutkan oleh serangan teroris yang meluluhlantakkan World Trade Center di New York pada tanggal 11 September 2001,Paus Yohanes Paulus II pun merasa terusik. Pada tanggal 18 November 2001 ia meminta para pemeluk Katolik untuk berdoa.

Kegiatan ini makin diperkuat dengan seruannya menyambut Hari Puasa yang jatuh pada 14 Desember 2001. Di Assisi, Italia, sebulan kemudian, 24 Januari 2002, ia mengundang para pemuka agama di dunia untuk berdoa bagi perdamaian.

Saat terjadi ketegangan antara Amerika Serikat dan Irak memuncak kembali, pada misa perayaan Rabu Abu 5 Maret 2003, Paus mengajak orang untuk berpuasa demi perdamaian di Timur Tengah. Selama minggu-minggu itu Paus bertemu dengan berbagai pihak dan mencoba menekankan cara menghindari bahaya perang di Irak.

Seperti kita ketahui, akhirnya Presiden AS George Walker Bush bersama PM Inggris Tony Blair dan sekutunya tetap menggempur Irak. Presiden Saddam Hussein jatuh, rakyat di negeri kaya minyak itu pun tercerai-berai. Sampai kini pun keruwetan yang ditinggalkan masih berkepanjangan, selain hilangnya ribuan nyawa secara sia-sia.

Pada tanggal 16 November di tahun yang sama, saat Israel berniat membangun dinding pemisah antara wilayah Israel dan wilayah Palestina, Paus bereaksi keras. “Yang dibutuhkan Tanah Suci bukanlah dinding tetapi jembatan. Jembatan komunikasi, jembatan perdamaian untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi.

Begitulah sosok Paus Johanes Paulus II yang menyukai perdamaian.