Find Us On Social Media :

Jejak Langkah Paus Yohanes Paulus II Sebagai Agen Perdamaian Dunia

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 18 Juli 2024 | 14:48 WIB

Sebelum Paus Fransiskus, sudah ada dua Paus yang datang ke Indonesia. Paus Paulus VI dan Paus Yohanes Paulus II.

Makanya, begitu gitu melihat ketidakdamaian terjadi, Paus biasanya langsung bereaksi. Dengan perannya, ia ingin mengajak setiap orang untuk menjadi pembawa damai di mana pun.

Untuk mewujudkan perdamaian yang nyata, ia berusaha keras merintisnya. Yohanes Paulus II yakin betul, perdamaian hanya bisa dicapai jika ada dialog yang sehat antarbangsa, antar-ras, antarsuku, dan antaragama.

Pada pidato Natal tahun 2000 ia mengutuk tindak kekerasan yang dilakukan terhadap orang Kristen di Indonesia. Masalahnya, pada malam Natal tahun itu sekurang-kurangnya 16 nyawa melayang akibat ledakan bom yang dipasang di berbagai gereja, saat umat kristiani Indonesia sedang mengikuti misa dan kebaktian Natal.

Pada kesempatan yang sama, ia juga menunjukkan keprihatinan yang sangat mendalam terhadap masalah Palestina yang tak kunjung selesai. Pertumpahan darah yang acap kali terjadi akan semakin menutup langkah-langkah perdamaian di Timur Tengah.

"Saya benar-benar sangat prihatin terhadap tempat-tempat suci, terutama Bethlehem yang karena rumitnya situasi politik, masyarakat tak bisa merayakan misa Natal dengan khidmat seperti biasanya," katanya dari tangga di depan Gereja Santo Petrus, gereja terbesar di dunia itu. "Tapi malam ini saya ingin para penganut agama Kristen di tempat-tempat tersebut merasa seluruh gereja sangat dekat dengan mereka," ujarnya.

Saat itu perayaan Natal di Betlehem, tempat kelahiran Yesus, benar-benar sepi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hanya sedikit peziarah yang berani mengunjungi tempat kelahiran Yesus tersebut.

Meskipun demikian Paus tetap menyemangati orang-orang di sana. "Pada hari ini telah lahir ke dunia seorang pembawa damai. Mudah-mudahan cahaya malam ini lebih terang daripada siang hari, dianugerahkan pada masa yang akan datang dan menuntun langkah-langkah manusia di jalan perdamaian," ucapnya.

Seruan Paus rupanya memperoleh tanggapan positif. Mendengar ucapan Bapa Suci itu banyak orang yang merasa terkesan. Di antaranya adalah Beth dan Richard Ross, Yahudi dari Berkeley, Kalifornia. "Sangat luar biasa melihat begitu banyak orang merasa tersemangati oleh pria ini (Paus)," kata Beth Ross.

Dalam artikelnya "Menangkap Pesan Pribadi Pembawa Damai" (Suara Pembaruan, 4 April 2005, him. 9), Benny Susetyo Pr, sekretaris eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia, mengungkapkan bahwa damai adalah kata-kala utama yang selalu keluar dari ucapannya. Ia ingin menyampaikan pesan utama Tuhan di muka bumi ini, yakni membawa damai di tengah riak-riak potensi kehancuran. Hidup keseluruhannya dibaktikan kepada perdamaian.

Meskipun tutur kata Paus Yohanes Paulus II lembut. menurut Benny, "Tetapi dari kelembutan itu nampak sekali sikap tegas tanpa kompromi bagi setiap ancaman yang akan menghancurkan perdamaian. Dia mencintai umatnya sama dengan mencintai kehidupan ini."

Kalau melihat latar belakang Karol Wojtyla sebelum menjadi Paus, bisa dimaklumi bahwa dia sangat mendambakan perdamaian. Soalnya, di negara asalnya, Polandia yang sosialis-komunis, kekerasan demi kekerasan telah berlangsung di depan matanya dalam kurun waktu cukup lama. Tak aneh jika dia sangat memahami arti perdamaian yang sesungguhnya.

Ikut meruntuhkan komunisme