Find Us On Social Media :

Sebilah Keris yang Meruntuhkan Kerajaan Singasari

By Afif Khoirul M, Rabu, 17 Juli 2024 | 19:15 WIB

ilustrasi - Keris Pusaka warisan budaya dan sejarah Indonesia.

Kutukan terus berlanjut, menghantui keturunan Ken Arok. Anusapati, Tohjaya, Ranggawuni, dan Kertanegara, raja-raja Singasari selanjutnya, menemui ajalnya di ujung Keris Mpu Gandring.

Korban terakhir adalah Ken Dedes, Ken Arok, dan Anusapati, yang dibunuh oleh Kertanegara, raja terakhir Singasari.

Kematian Kertanegara menandai runtuhnya Kerajaan Singasari. Kutukan Mpu Gandring seolah menjadi pengingat atas ambisi dan pertumpahan darah yang menyelimuti sejarah Singasari.

Keris Mpu Gandring pun lenyap, ditelan misteri,meninggalkan legenda kelam yang terus diceritakan turun-temurun.

Kisah ini tak hanya tentang kutukan dan kematian, tetapi juga tentang ambisi, perebutan kekuasaan, dan balas dendam.Kisah ini menjadi pelajaran berharga tentang bahaya keserakahan dan pentingnya menjaga perdamaian.

Keris Mpu Gandring, dengan kutukannya yang mengerikan, menjadi simbol dari konsekuensi atas perbuatan manusia.

Kutukan Mpu Gandring tak hanya menelan nyawa keturunan Ken Arok, tetapi juga merenggut kejayaan Kerajaan Singasari. Kematian Kertanegara di tangan Jayakatwang, penguasa Kediri, menandai awal dari keruntuhan Singasari.

Jayakatwang, terbakar dendam atas kehancuran Kediri oleh Ken Arok, memanfaatkan kekacauan internal Singasari untuk melancarkan serangan. Dipimpin oleh Tohjaya, putra Ranggawuni yang diasingkan oleh Kertanegara, pasukan Kediri berhasil menduduki ibukota Singasari.

Keraton Singasari luluh lantak, istana terbakar, dan banyak bangsawan yang terbunuh. Kertanegara, terluka parah, melakukan perlawanan terakhir. Namun, ia tak berdaya melawan pasukan Kediri yang jauh lebih besar. Kertanegara gugur di medan perang, menandakan berakhirnya era keemasan Singasari.

Tragedi ini tak hanya menandai runtuhnya kerajaan, tetapi juga meninggalkan luka mendalam bagi rakyat Singasari.

Baca Juga: Mengapa Bahasa Indonesia yang Dipilih Menjadi Bahasa Nasional, Bukan Bahasa dari Penjajah Belanda?

Kepergian Kertanegara, raja yang ambisius namun visioner, membawa kekosongan kepemimpinan dan memicu perpecahan internal.