Find Us On Social Media :

Melihat Donald Trump Sebagai Raja Real Estate, Tajam Insting Bisnisnya

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 14 Juli 2024 | 17:36 WIB

Di dunia real estate nama Trump sudah lama tidak asing lagi. Nama Trump tiba-tiba mencuat setelah ia berhasil memindahkan ring tinju tempat Mike Tyson berlaga dengan Michael Spinks

Singkat kata, saya ingin keluar dari bisnis ayah karena bisnis ini keras dan kasar. Saya lebih menyukai bisnis yang anggun dan mewah. Agaknya selera itu saya warisi dari ibu. Meskipun ia ibu rumah tangga yang sangat tradisional, ia menyukai hal-hal yang dramatis dan megah. Saya masih ingat, ibu saya yang keturunan Skot itu pernah terpaku seharian di depan televisi untuk menonton upacara pengangkatan Ratu Elizabeth. Ayah lain. Ia lebih menomorsatukan kemampuan kerja dan efisiensi.

Masuk klub orang-orang top

Sejak lulus dari Wharton pada tahun 1968, mata saya sudah mengincar tanah dan bangunan di Manhattan. Waktu itu pasar properti sedang ramai, sehingga harga-harganya tidak terjangkau oleh kantong saya. Ayah sebetulnya kaya, tetapi ia bukan orang yang membekali anak-anaknya dengan dana besar-besaran.

Ketika saya lulus, kekayaan saya kira-kira 200 ribu dolar AS. Itu pun sebagian besar tertanam di gedung-gedung di Brooklyn dan Queens. Jadi sementara terus bekerja pada ayah, saya menunggu saat yang tepat sambil semakin banyak menghabiskan waktu di Manhattan.

Tahun 1971, akhirnya saya memutuskan menyewa sebuah apartemen di sana. Apartemen itu sebenarnya sebuah studio. Pemandangan yang tampak dari jendelanya cuma tangki air gedung sebelah. Bagaimanapun saya berusaha, apartemen itu tetap saja tampak kecil, suram dan kuno. Walau demikian saya senang sekali pada apartemen itu.

Gara-gara tinggal di Manhattan, saya jadi kenal dengan daerah ini. Saya tahu mana property yang baik. Saya menjadi anak kota, bukan lagi anak pinggiran dari Queens.

Salah satu hal yang pertama saya kerjakan adalah mendaftarkan diri ke Le Club. Waktu itu klub ini paling top dan mungkin paling eksklusif di Manhattan. Di Le Club Anda mempunyai peluang besar bertemu dengan orang-orang kaya.

Maka suatu hari saya menelepon Le Club. Saya mengatakan, "Nama saya Donald Trump. Saya ingin menjadi anggota klub Anda." Orang yang menerima telepon cuma tertawa.

"Anda pasti bergurau," katanya.

Memang, waktu itu siapa sih yang kenal dengan Donald Trump? Keesokan harinya saya menelepon lagi. Saya bertanya, "Boleh saya minta daftar anggotanya?"

Jawabnya, "Maaf, tidak." Telepon ditutup.

Keesokan harinya saya menelepon lagi. Saya bilang, "Saya perlu menghubungi direktur Le Club. Saya ingin mengirimkan sesuatu kepadanya."