Find Us On Social Media :

Melihat Donald Trump Sebagai Raja Real Estate, Tajam Insting Bisnisnya

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 14 Juli 2024 | 17:36 WIB

Di dunia real estate nama Trump sudah lama tidak asing lagi. Nama Trump tiba-tiba mencuat setelah ia berhasil memindahkan ring tinju tempat Mike Tyson berlaga dengan Michael Spinks

[Cukilan Buku Majalah Intisari, September 1988]

Di dunia real estate nama Trump sudah lama tidak asing lagi. Nama Trump tiba-tiba mencuat setelah ia berhasil memindahkan ring tinju tempat Mike Tyson berlaga dengan Michael Spinks dari Las Vegas ke Trump Plaza di Atlantic City. Apa latar belakang Trump, dapat Anda baca dari cukilan buku Trump, the Art of the Deal karya Donald J. Trump dan Tony Schwartz.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Sejak masih kecil saya sudah tertarik pada dunia bisnis. Ayah, Fred Trump, pengusaha yang bergerak di bidang rumah sewa di Queens dan Brooklyn, New York. Walaupun ia cukup sukses, saya tak mau meniru jejaknya. Habis, di bidangnya untuk mendapat satu dolar saja kita harus ngotot.

Walaupun demikian, dia orang yang paling besar pengaruhnya terhadap saya. Anehnya, hubungan saya dengan ayah hampir-hampir seperti hubungan bisnis. Kadang-kadang saya sampai bertanya-tanya, seandainya saya bukan orang yang begitu menggemari dunia bisnis, mungkinkah hubungan kami dapat seakrab ini?

Ketika masih di SD saya sudah agresif dan berani tampil. Malah di kelas dua saya pernah memukul guru musik, berhubung saya pikir ia tidak tahu apa-apa tentang musik. Tentu saja akibatnya saya hampir dikeluarkan dari sekolah. Sampai sekarang keagresifan saya tidak berubah, namun kini saya lebih suka menggunakan otak daripada tinju.

Di masa remaja, saya tergolong tukang bikin gara-gara. Entah kenapa, saya senang sekali bikin ribut. Saya senang menguji orang. Dalam pesta-pesta ulang tahun saya melempari orang dengan balon berisi air atau remasan kertas.

Ketika berusia tiga belas tahun, saya dimasukkan ke sekolah militer. Kelas delapan saya melanjutkan ke New York Military Academy. Sebenarnya tindakan ayah memasukkan saya ke tempat itu benar juga, karena saya jadi banyak belajar berdisiplin dan belajar menyalurkan sifat agresif ke arah yang positif. Di tingkat tiga, saya terpilih menjadi kapten semua kadet dan pernah diangkat menjadi kapten regu baseball.

Di akademi itu prestasi saya cukup lumayan. Memang saya beruntung, karena sebenarnya saya tidak pernah amat tertarik pada sekolah. Bagi saya sekolah hanya tahap pendahuluan dari masa hidup yang sesungguhnya.

Batal menjadi bintang film