Find Us On Social Media :

Meriam Nyai Setomi, Pusaka Keraton Surakarta Warisan Sultan Agung

By Moh. Habib Asyhad, Jumat, 12 Juli 2024 | 21:48 WIB

Meriam Nyai Setomi menjadi salah satu pusaka Keraton Kasunanan Surakarta paling keramat. Konon, ini adalah meriam peninggalan Sultan Agung.

Pengageng Perentah Pariwisata dan Museum Keraton Surakarta GPH Puger, sebagaimana dikutip dari artikel Sri Rejeki berjudul "Jamasan Meriam Nyai Setomi" yang tayang di Kompas.com pada 19 April 2003, meriam Nyai Setomi adalah meriam yang berasal dari abad ke-16. Ini adalah meriam hadiah Portugis untuk penguasa Jayakarta saat itu.

Meriam itu kemudian diberikan kepada Raja Mataram Islam Sultan Agung. Menurut cerita, kata Puger, dari Jakarta sebenarnya dibawa dua meriam, yakni Nyai Setomi dan pasangannya, Kyai Setomo. Tapi karena Kyai Setomo terus mengeluarkan suara gemuruh seperti harimau, ia kemudian dikembalikan ke Jakarta.

"Meriam ini sekarang lebih dikenal dengan nama Si Jagur. Jagur dalam bahasa Jawa artinya harimau," ujar Puger.

Cerita lain seperti dikutip dari situs Gedung Kesenian Jakarta mengatakan, pasangan meriam Kyai Setomo dan Nyai Setomi berasal dari jelmaan suami istri. Suatu hari Raja Pajajaran memerintahkan patihnya, Kyai Setomo, mencari senjata ampuh yang mengeluarkan bunyi gemuruh seperti terlukis dalam mimpinya.

Sang patih diancam hukuman mati apabila gagal menemukan senjata ampuh itu. Patih Kyai Setomo dan istrinya, Nyai Setomi, lantas bersemedi sebagai upaya mencari senjata yang dimaksud sang raja.

Namun setelah sekian lama, keduanya tidak juga menghadap raja. Prajurit lantas diperintahkan menggeledah rumah pasangan suami istri itu. Kemudian ditemukan dua buah pipa aneh hasil jelmaan Kyai Setomo dan Nyai Setomi yang ternyata adalah meriam, persis seperti dalam mimpi raja.

Cerita ini tersiar ke mana-mana, termasuk ke telinga Sultan Agung dari Kerajaan Mataram. Ia meminta kedua meriam dibawa ke Mataram. Namun, meriam Kyai Setomo menolak dan melarikan diri ke Batavia. Tinggal Nyai Setomi yang berhasil diboyong ke Mataram dan menjadi pemberi semangat spiritual keraton. Meriam ini juga mengantar kemenangan keraton dalam melawan Belanda pada masa itu.

Sementara mengutip Tribun Solo, meriam Nyai Setomi adalah saksi bisu ikrar para Raja Keraton Kasunanan Surakarta. Setiap pangeran yang hendak bertakhta menjadi raja harus mengikrarkan janji di depan meriam itu.

"Meriam itu menghadap ke utara, raja yang berikrar berada di depannya menghadap ke selatan," kata pria yang akrab disapa Kanjeng Win, Senin (11/9/2016). "Artinya, raja harus siap menghadapi cobaan yang berat, siap menerima benturan pertama," imbuhnya.

Selain itu, nama 'nyai' menyimbolkan sebutan bagi wanita. Raja juga diharapkan mampu menahan hawa nafsunya. "Wanita itu godaan paling berat, raja itu harus mampu menahan diri," lanjutnya.

Dia menjelaskan, ada berbagai versi kisah mengenai kemunculan meriam tersebut, di antaranya ialah kisah pasangan Setomo dan Setomi "Setomo diutus raja untuk mencari pusaka, sampai di suatu tempat dia bertapa sangat lama," ujar Kanjeng Win mengisahkan.

"Karena lama tidak kembali, sang istri, Setomi mencarinya, ketika bertemu justru keduanya sama-sama bertapa hingga meninggal, keduanya menjadi pusaka itu," ungkap dia. "Konon, pusaka pasangan Nyai Setomi kini yang berada di Jakarta," tutupnya.