Find Us On Social Media :

Kenapa Orang-orang Begitu Ngebet Mengurus Gelar Kebangsawanannya?

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 6 Juli 2024 | 12:22 WIB

Demi gelar Raden, orang-orang rela melakukan apa saja. Termasuk harus capek-capek mengurusnya di Keraton. Harus ada saksi dan silsilah yang jelas.

Masih dicari orang

Namun kini zaman telah berganti. Apakah tambahan raden masih juga mampu meningkatkan pamor si pemakai? Dengan begitu, apakah gelar raden ini juga masih sering dicari orang? Jawaban pasti, barangkali bisa dilacak lewat Tepas (Kantor) Darah Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

"Hampir setiap waktu kami memproses surat permohonan pencari gelar raden," kata KPA (Kanjeng Pangeran Aryo) Danu Hadiningrat, kepala Tepas Darah Dalem Keraton Yogyakarta.Untuk tahun 1990 saja, tercatat 298 pemohon raden berasal dari berbagai penjuru tanah air. Rata-rata per tahun memang menunjuk sekitar 250 - 300 orang. Sedangkan selama 2,5 bulan terhitung sampai pertengahan Maret tahun 1991, terkumpul sebanyak 62 pemohon raden. Ini berarti setiap bulannya, muncul sekitar 25 bangsawan baru bergelar raden.

Itu hitungan kasar, yang tercatat di Tepas Darah Dalem Keraton Yogya. Perkecualian untuk tahun 1988, setelah wafatnya Sri Sultan Hamengku Buwono IX, jumlah pemohon melonjak, diperkirakan mencapai 1.500 lebih.

Perlu diingat pula, hitungan kasar di atas baru di lingkungan Keraton Yogyakarta saja. Kalau hendak merinci secara menyeluruh jumlah "raden baru" di Indonesia, menurut KPA Danu Hadiningrat (78), perlu ditengok data di Pura Pakualaman Yogya atau Mangkunegaran Solo dan Keraton Surakarta. Pasti mereka ada yang mendaftar di lingkungan keraton tersebut.

"Alasannya," kata KPA Danu Hadiningrat, "mungkin mereka punya pertalian darah lebih dekat dan lebih jelas kalau dibuktikan di sana."

Betul sekali. Menurut catatan Kantor Kasentanan Keraton Surakarta, selama tiga bulan sampai akhir Maret 1991 ini, terhitung sekitar 30 - 40-an pemohon gelar baru. Kantor Kasentanan Keraton Surakarta yang beralamat di Baluwarti selatan Pagelaran, adalah satu-satunya tempat pemroses permohonan gelar raden di lingkungan kasunanan ini.

Sebagaimana diakui KRMT (Kanjeng Raden-Mas Tumenggung) Gondo Atmodjo, staf urusan silsilah Kantor Kasentanan Keraton Surakarta, soal jumlah pemohon raden tak bisa dipastikan. Kadang sebulan hanya satu orang, kadang juga sampai 20-an orang.

"Saya perkirakan ada kalau sekitar 125 - 200 pemohon setiap tahunnya. Jadi setiap bulan rata-rata kami mengeluarkan SK raden sekitar 10 - 20-an," ujarnya.

Ketika dilemparkan isu masyarakat bahwa gelar raden bisa dibeli, KRMT Gondo Atmodjo membantah keras, "Itu tidak benar!" Sebab Kantor Kasentanan Keraton Surakarta memiliki daftar silsilah para raja beserta keturunannya yang tak bisa dibuat-buat. "Kami selalu mengecek kebenaran silsilah pemohon gelar raden. Kalau memang tidak memiliki pertalian darah keraton, apa pun caranya ya tidak dibenarkan," ujarnya.

Tak pakai pasfoto

Banyak orang menyangka, persyaratan permohonan raden sangat susah. Dugaan tersebut ternyata jauh meleset. Perhatikan persyaratan untuk Keraton Yogyakarta ini: