Find Us On Social Media :

Membatik Di Kampung Santri Yang Bertransformasi Jadi Kampung Batik

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 30 Juni 2024 | 12:41 WIB

Meski kini lebih terkenal sebagai kampung batik, Kampung Kauman sangat lekat dengan urusan perdakwahan. Tak heran, kampung ini juga dikenal sebagai kampung santri.

Jika melihat ruang salat langgar tersebut, kita akan melihat empat tiang kayu kayu yang menopangnya. Sementara atapnya, yang juga berbahan kayu jati, juga masih terlihat kokoh. Desain arsitektur bagian dalamnya mirip desain arsitektur Masjid Agung Surakarta.

Seiring berjalannya waktu, Kampung Kauman menjadi perkampungan yang begitu padat, yang sebagian besar penghuninya adalah para kerabat Keraton. Sejalan dengan itu, syiar Islam pun berkembang pesat dan itu ditandai dengan berdirinya banyak lembaga pendidikan islam juga langgar dan musala.

Kerabat keraton, abdi dalem yang disebut para kaum itu, hidup bersama para ulama di atas tanah pemberian Keraton sebagai tempat tinggal para kaum, yang kemudian banyak menyebut Kauman.

Setidaknya ada beberapa tempat ibadah yang sudah berusia puluhan bahkan ratusan tahun di Kampung Kauman, di antaranya:

- Masjid Sememen di Jalan Trisula VI, Kauman

- Langgar Winongan di Jalan Cakra, Kauman

- Langgar Hidayat Jadiid di Jalan Wijaya Kusuma, Kauman

- Langgar Trayeman, Kampung Trayeman, Kauman

- Musala Putri Yasinan, di Jalan Kalimosodo, Kauman

- Langgar Modinan di Jalan Wijaya Kusuma, Kauman

Batik yang berkembang dan kemudian menjadi ciri khas kampung itu, konon diajarkan oleh pihak Keraton kepada para istri pemuka agama yang tinggal di Kauman. Batik kemudian mnenjadi keranjinan rumahan. Lambat laun, lahirlah batik-batik klasik khas Solo dari sini, di antaranya batik Sidomukti dan Sidodrajat yang banyak dilirik pembeli.

Barangkali dari situlah Kampung Kauman dikenal sebagai Kampung Batik.