Find Us On Social Media :

Membatik Di Kampung Santri Yang Bertransformasi Jadi Kampung Batik

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 30 Juni 2024 | 12:41 WIB

Meski kini lebih terkenal sebagai kampung batik, Kampung Kauman sangat lekat dengan urusan perdakwahan. Tak heran, kampung ini juga dikenal sebagai kampung santri.

Jelas terlihat perbedaannya: batik tulis lama dan tak presisi motifnya, batik cap cepat dan presisi motifnya. Kain yang digunakan ada banyak macamnya, mulai dari sutra sampai rayon.

Kelebihan berbelanja batik di Kampung Kauman kita bisa melihat proses membatik dari awal sampai akhir. Beberapa toko yang merangkap rumah produksi terbuka bagi para tamu untuk melihat bahkan menjajal memegang canting, alat yang digunakan untuk membatik tulis.

Proses membatik yang lama dan panjang akan membuat pengunjung memahami mengapa ada baju atau kain batik yang harganya mahal. Memang, dibandingkan dengan harga batik di Pasar Klewer berbeda cukup lumayan meski itu tidak bisa diperbandingkan secara mutlak.

Selain melihat proses membatik, Kampung Kauman juga menawarkan suasana masa lalu. Masih banyak bangunan rumah joglo, limasan, atau perpaduan arsitektur kolonial dan lokal. Bangunan-bangunan masa lalu itu berdampingan dengan bangunan modern seperti pusat perbelanjaan, pusat perbankan, atau hotel yang banyak bertebaran di sekitar Kampung Kauman.

Sistem kampung model blok membuat banyak perempatan yang menguntungkan sebab jalan sempit tadi. Saat dua mobil akan berpapasan, salah satu bersembunyi di sebuah perempatan. Sebagian besar jalanan di-paving block sehingga masih memungkinkan air meresap ke dalam tanah.

Dari data yang terpampang di peta wisata batik Kauman terlihat ada sekitar 50 UKM yang berkecimpung dalam perbatikan. Rata-rata berlokasi di Jalan Wijayakusuma dan Jalan Cakra. Siang yang terik menyambut saya saat masuk ke Batik Gunawan Setiawan, yang juga mengelola Museum Batik Kaoeman. Di museum ini kita bisa melihat koleksi batik zaman dulu, kain kuno, atau peralatan membatik yang digunakan sejak tahun 1920-an.

Sebagai kampung santri

Seperti disebut di awal, meski kini lebih terkenal sebagai kampung batik, Kampung Kauman sangat lekat dengan urusan perdakwahan. Tak heran, kampung ini juga dikenal sebagai kampung santri.

Menurut situs Surakarta.go.id, Kauman sangat dikenal sebagai salah satu wilayah syiar agama Islam yang cukup tua di wilayah Kasunan Surakarta. Jejak sejarah kejayaan Islam sangat mudah terlihat pada begitu banyaknya rumah ibadah baik masjid, langgar dan musala yang sudah berumur tua yang banyak tersebar di gang-gang sempit Kampung Kauman.

Di sini juga ada banyak pondok pesntren yang hingga kini masih ada. Seperti disebut di awal, Kauman pada zaman dulu memang dikenal sebagai Kampung Santri, karena begitu banyaknya pesantren, tapi saat ini hanya tersisa beberaepa.

Salah seorang marbot Langgar Trayeman, Budi Raharjo menjelaskan, di Langgar Trayeman sekitar tahun 1980-an pernah berdiri Pondok Pesantren dengan jumlah santri yang cukup banyak. Tapi karena lantaran para pengurus pondok banyak yang meninggal dunia, kini Ponpes di Langgar Trayeman sudah tidak lagi difungsikan.

Langgar Trayeman kabarnya sudah ada sejak berdirinya Masjid Agung Surakarta yang berada di selatan Kampung Kauman. Masjid ini dibangun pada masa Pakubuwono III pada 1763-1788.