Find Us On Social Media :

Benarkah Dulu Sebagian Daerah Di Jakarta Tempat Jin Buang Anak?

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 19 Juni 2024 | 11:59 WIB

Benarkah Dulu Sebagian Daerah Di Jakarta Tempat Jin Buang Anak?

Adolph Robertsen adalah cucu mantan Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip baron van der Capellen (1778 – 1848). Adolph Robertsen memiliki tanah di Pondok Kelapa, Duren Sawit, di selatan Cakung. Pondok Kelapa kala itu menjadi daerah penghasil padi.

Tuan tanah partikelir biasanya sering berubah dalam hitungan puluhan tahun. Jadi, ada pula yang keluarga tuan tanah yang menguasai sebuah tanah partikelir lebih dari setengah abad dan ada pula yang lebih singkat lagi. Seperti tanah partikelir lain, pemilik tanah partikelir di Cakung juga mengalami perubahan.

Sementara menurut Regeerings Almanak voor Nederlandsch-Indie 1898 Volume 1 (1898:423) pemilik Cakung pada 1898 itu adalah Lie Tjoe Hong dan pengelolanya adalah Ong Tjeng Bio. Kala itu Cakung menghasilkan padi, kacang dan Indigo.

Menurut De locomotief (04-07-1905) pada awal abad ke-20 tuan tanah Cakung adalah Lauw Koei Kim yang tinggal di Meester Cornelis.

Tanah partikelir Cililitan pada abad ke-17 pernah dimiliki Pieter van der Velde. Tanah itu pernah menjadi perkebunan karet. Pada awal abad ke-20 keluarga Rollinson pernah menjadi penguasanya.

Lady Rollinson, disebut Nugroho Notosusanto dkk dalam Sejarah Nasional Indonesia: Kemunculan Penjajahan di Indonesia, ±1700-1900 (2008) pada 5 April 1916 mengadakan pertunjukan tari topeng Vila Nova, namun diserang massa Entong Endut.

Sebagian tanah Cililitan lalu dikuasai pemerintah kolonial. Di Cililitan pada 1924 berdiri lapangan udara tertua di nusantara. Kemang juga pernah menjadi tanah partikelir. Regerings Almanak van Nederlandsch Indië voor het Jaar 1867 Volume 40 (1867:230) menyebut tanah partikelir Kemang tahun 1867 adalah daerah penghasil kelapa dengan pemilik Achmat Djoehari.

Di masa-masa ini Kemang adalah daerah yang cukup sepi seperti kebanyakan daerah lain di Jakarta, punya reputasi sebagai “tempat jin buang anak”.

Setelah tahun 1938, pemerintah kolonial berusaha menguasai kembali tanah yang semula dikuasai tuan tanah partikelir. Koran De Telegraaf (26-03-1938) memberitakan bahwa pemerintah kolonial membeli tanah partikelir di Teluk Pucung, Bekasi Barat, Rawa Pasung, Sukapura, Ujung Menteng, Cikunir, Pondok Kelapa dan Cakung melalui NV Javasche Private Landerijen Maatschappij.

Berubah jadi kota

Pada awal abad ke-20, Sunter adalah daerah sepi. Pernah ada cerita perkosaan dan pembunuhan terhadap Siti Ariah dari Kampung Sawah di pertengahan abad ke-19. Setengah abad kemudian, Sunter masih daerah sepi.

Letnan Oerip Soemohardjo pernah berlatih di sana bersama pasukannya. Kata istri Oerip, Rochmah Subroto dalam Oerip Soemohardjo: Letjen Jenderal TNI 22 Pebruari 1893 - Nopember 1948 (1973:42), kerbau liar sering berkeliaran di daerah itu.