Find Us On Social Media :

Benarkah Dulu Sebagian Daerah Di Jakarta Tempat Jin Buang Anak?

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 19 Juni 2024 | 11:59 WIB

Benarkah Dulu Sebagian Daerah Di Jakarta Tempat Jin Buang Anak?

Jakarta Kota dulu lalu Gambir

Marsekal Herman Willem Daendels adalah orang yang cukup berpengaruh dalam pembentukan kota Jakarta. "Dia memindahkan kota beberapa mil ke daerah pedalaman yakni ke daerah pinggiran, yang disebut Weltevreden, dahulu perkebunan Chastelein,” tulis Adolf Heuken. Weltevreden kini menjadi daerah yang disebut Gambir.

Era Daendels adalah masa perang. Daendels lebih suka menetap di Istana Bogor ketika bersiaga jika Inggris menyerbu Jawa. Di masa Daendels, seperti disebut Restu Gunawan dalam Gagalnya Sistem Kanal Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa (2010:42) ada rencananya pemindahan pusat pemerintahan ke Surabaya atau Semarang.

Namun, pusat pemerintahan itu akhirnya hanya dipindah ke Weltevreden di dekat Kota Itu lebih karena kekurangan biaya.

Bahan bangunan dalam pembangunan perkotaan baru itu, diambil dari puing-puing yang diruntuhkan dari bangunan warisan Jan Pieterszoon Coen di Kota Tua. Daendels sendiri pada 1809 mulai membangun sebuah istana di dekat Lapangan Banteng.

Perancang istana itu adalah Letnan Kolonel JC Schultze dengan gaya Empire Style yang sedang menjadi tren. Bagian induk istana akan menjadi tempat tinggal Gubernur Jenderal dan sayap kanan dan kirinya menjadi perkantoran.

Istana di dekat Lapangan Banteng itu tidak bisa dipakai oleh Daendels, karena sebelum istana ini selesai, pada tahun 1811 Daendels dipindahkan dan digantikan oleh Jan Willem Janssens. Heuken menyebut pada masa Janssens bagian istana yang belum kelar ini diatapi rumbia.

Sebelum Daendels datang, sekitar Gambir, bahkan sepanjang Jalan Gajah Mada (Molenvliet) masih terhitung daerah pinggiran atau luar kota dari Batavia. Di selatan Molenvliet itu terdapat lahan milik Jacob Andries van Braam.

Anak dari Laksamana VOC Jacob Pieter van Braam, (27 Oktober 1737-16 Juli 1803) ini pernah berdinas di VOC. Lahan di sekitar situ sebelumnya pernah dimiliki oleh Cornelis Chastelein yang sohor karena membagikan tanah-tanahnya untuk bekas budak yang dimerdekakannya.

Jacob Andries van Braam antara tahun 1796 hingga 1804 sudah membangun rumah peristirahatannya di sana. Rumah peristirahatannya itu belakangan menjadi Paleis Rijswijk atau Istana Negara. Setelah istana negara itu dirasa sempit, sebuah istana baru dibangun pada tahun 1873.

Istana itu selesai pada 1879 dan dinamai Koningsplein Paleis (Istana lapangan kerajaan). Istana merdeka dibangun menghadap lapangan kerajaan. Lapangan kerajaan itu kini dikenal sebagai kawasan Monumen Nasional (Monas).

Di sekitar daerah istana yang dibangun van Bram itu lalu berdiri banyak rumah pejabat, kantor pemerintah atau fasilitas umum lainnya. Daerah di selatan lapangan kerajaan lalu menjadi hunian-hunian pribadi.