Find Us On Social Media :

Kenapa 22 Juni Yang Dipilih Sebagai Hari Ulang Tahun Jakarta?

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 18 Juni 2024 | 15:01 WIB

Setiap tahun Jakarta merayakan ulang tahunnya pada bulan Juni, tepatnya tanggal 22. Bagaimana sejarahnya sampai ketemu tanggal 22 Juni 1527 sebagai tetenger hari lahir Kota Jakarta?

Kegiatan dagang orang Jepang ini sangat membantu ketika tentara Jepang masuk ke Indonesia karena mereka sudah memiliki informasi lengkap tentang Indonesia.

Selain itu, beberapa Radio Tokyo sering menyokong kegiatan kaum pergerakan Indonesia dengan menyiarkan lagu Indonesia Raya. Di sisi lain, kedatangan Jepang di Indonesia bagi kalangan masyarakat Indonesia memperkuat anggapan eskatologis ramalan Jayabaya dalam buku Jangka Jayabaya, yang di antaranya mengungkapkan:

“Suatu ketika akan datang bangsa kulit kuning dari Utara yang akan mengusir bangsa kulit putih. Namun, ia hanya akan memerintah sebentar yakni selama ‘seumur jagung’ (tiga setengah bulan), sebagai Ratu Adil yang kelak akan melepaskan Indonesia dari belenggu penjajahan”

Jakarta kala itu dieja Djakarta, kependekan dari kata Jayakarta. Di masa pendudukan Jepang, nama Jakarta kian populer. Setidaknya di area lapangan Monas saat ini berada, dulu terdapat sebuah lapangan bernama Lapangan Ikada, yang merupakan singkatan dari Ikatan Atletik Djakarta.

Dalam teks proklamasi, tempat perumusan naskah seperti tertera dalam teks adalah: Djakarta. "Namun, tanggal ini juga tidak dipilih,” kata Candrian.

Merujuk pranatamangsa

Bagaimana dengan dua tanggal teori?

Yang pertama 22 Juni 1527, yang kemudian dipilih dan ditetapkan menjadi hari ulang tahun Kota Jakarta saat ini. Disebut teori karena memang tanggal ini tidak menunjukkan kepastian.

Penentuannya berdasarkan perkiraan dari fakta sejarah dan adat istiadat masyarakat saat itu.Yang menentukan tanggal 22 Juni 1527 adalah Prof. Dr. Sukanto, SH. Awalnya ketika pada 1954, Wali Kota Jakarta periode 1953–1960 Sudiro merasa perlu adanya semacam peringatan untuk Ibu Kota. Lantas dia mengajukan permintaan kepada tiga ahli sejarah Indonesia, yakni Prof.Moh. Jamin, SH, wartawan Sudarjo Tjokrosisworo, dan Prof Dr. Sukanto, SH agar bersedia menyelidiki kapan tepatnya Kota Jakarta didirikan.

Dari ketiganya hanya Prof. Sukanto yang menyatakan kesediaannya. Dua lainnya beralasan sibuk. Saat itu Prof. Sukanto menjabat sebagai Kepala Arsip Negara serta Sekretaris Senat Guru Besar Universitas Indonesia (UI) dan Guru Besar dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia dan Hukum Adat pada Fakultas Sastra UI.

Sebagai kepala Arsip Negara, Prof. Sukanto punya akses yang memudahkan dalam penyelidikan sehingga akhir 1954 ia sudah menyerahkan manuskrip yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku sejarah Jakarta berjudul Dari Djakarta ke Djajakarta.

Dari buku ini hari lahir Jakarta ditetapkan tanggal 22 Juni 1527.