Find Us On Social Media :

Kenapa 22 Juni Yang Dipilih Sebagai Hari Ulang Tahun Jakarta?

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 18 Juni 2024 | 15:01 WIB

Setiap tahun Jakarta merayakan ulang tahunnya pada bulan Juni, tepatnya tanggal 22. Bagaimana sejarahnya sampai ketemu tanggal 22 Juni 1527 sebagai tetenger hari lahir Kota Jakarta?

Tidak mengherankan bila banyak kota di Jawa yang telah berusia ratusan tahun, meskipun kaitan antara kota-kota itu dengan prasasti tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Yang terakhir, pola history base agreement, sejarah berdasarkan persetujuan. Pola ini mengambil sebuah peristiwa yang terjadi di daerah atau di sekitar daerah perkotaan sebagai hari jadi kota itu.

Dari keempat pola tadi terlihat dengan jelas bahwa ada kebebasan dan keleluasaan di dalam menentukan hari jadi sebuah kota.

“Soalnya, sebuah kota meskipun keberadaannya sebagai kesatuan administratif ditentukan oleh keputusan politik, akan tetapi pada hakikatnya sebuah kota memiliki peran yang lebih dari sekadar kesatuan politik,” tulis Heru Erwantoro, dalam artikelnya “Hari Jadi Kota Jakarta”, yang dimuat di jurnal Patanjala Vol. 1, No. 3, September 2009.

Mari kita lihat dengan kelahiran Jakarta.

Baca Juga: Begini Kondisi Jakarta Di Awal Abad 20, Dari Pecinan Hingga Soal Makan

Tidak mencerminkan jati diri bangsa

Sebelum akhirnya ditetapkan 22 Juni, “Ada empat tanggal yang diusulkan berkaitan dengan hari ulang tahun Jakarta. Dua tanggal pasti, dua lagi tanggal teori,” kata Candrian Attahiyat, arkeolog dan anggota Balai Konservasi Cagar Budaya, Jakarta.

Tanggal pasti pertama, 30 Mei 1619. Tanggal ini merujuk jatuhnya Jayakarta ke tangan VOC. Alkisah, Jayakarta yang dulunya Sunda Kelapa, merupakan sebuah pelabuhan yang menjadi pintu gerbang bangsa asing penjelajah untuk berdagang rempah-rempah.

Ketika Portugis ingin menguasai pelabuhan ini, Kerajaan Demak di bawah pimpinan Sultan Trenggono mengutus Faletehan atau Fatahillah untuk mengusir Portugis.

Setelah Sunda Kelapa dikuasai dan berganti nama menjadi Jayakarta, Fatahillah tidak memimpin Jayakarta secara langsung tetapi diserahkan ke Tubagus Angke. Kemudian, dari Tubagus Angke diserahkan kepada putranya bernama Pangeran Jayakarta Wijayakrama.