Find Us On Social Media :

Mengenang Tragedi Mina 1990, Ketika 562 Jamaah Haji Indonesia Meninggal Dunia Di Tanah Suci

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 17 Juni 2024 | 14:17 WIB

Tragedi Mina 1990, ratusan jemaah haji Indonesia menjadi korban. Total ada 1.400-an jemaah haji yang meninggal dunia.

Suasana duka di berbagai tempat di Tanah Air, terutama di lingkungan keluarga yang menjadi korban musibah terowongan Haratul Lisan, sangat terasa walaupun kepastian nama belum muncul di daftar yang dikeluarkan Departemen Agama, misalnya. Umumnya mereka mendapat kabar duka langsung dari Tanah Suci dari sesama anggota kloter yang selamat.

Di Yogyakarta misalnya, suasana duka menyelimuti keluarga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Prof Dr Ahmad Mohamad Djojosugito (63), yang dipastikan wafat dalam musibah terowongan Haratul Lisan. Kepastian itu disampaikan kepada pihak keluarga hari Kamis (5/7) pagi dan dibenarkan Posko Haji Departemen Agama ketika dihubungi pihak UGM dalam waktu bersamaan.

Menyusul kepastian ini, seluruh peserta Seminar Peliang-peluang Kerja dan Kunci-kunci Pengendali Korupsi di Gedung Pertemuan UGM mengheningkan cipta bagi arwah almarhum yang berangkat ke Tanah Suci bersama 13 staf edukatif setempat.

Pihak keluarga menyatakan hari Kamis malam, kabar meninggalnya Prof Ahmad Mohamad telah disampaikan secara resmi. Namun demikian, masih terus ditunggu kabar lanjutan mengingat selain almarhum berangkat pula Ny. Sumiati, istri dan adiknya Ny.

Prof Ahmad Mohamad Djojosugito dilahirkan di Purwokerto, Jateng tahun 1927. Gelar dokter diperoleh dari UGM tahun 1958, kemudian brevet dalam bidang ilmu faal didapat di tempat sama tahun 1962. Pangkat guru besar diperoleh sepuluh tahun kemudian, Ia tercatat pula sebagai pembina kerohanian Islam sekaligus ketua pengajian dosen-dosen UGM.

Kantor Kanwil Departemen Agama DI Yogyakarta juga terus dibanjiri keluarga hasi asal DIY yang tahun ini berjumlah 402 orang. Almarhum Prof Ahmad Mohamad termasuk dalam kloter 40 dengan embarkasi Lanud Halim PK Jakarta.

Terus mengalir

“Saya pergi untuk bertemu Raja Fahd dan akan tinggal selamanya di sana,” kata Hajjah Fakiyah Jamil (42) dengan nada haru, sekaligus sedih menceritakan kembali pesan terakhir kakaknya, almarhumah Hajjah Fudlah binti Jamil Iman (53) yang meninggal dunia dalam peristiwa di terowongan Haratul Lisan, Mina.

Hajjah Fakiyah yang didampingi suaminya, Basrul Ibrahim (43) menjelaskan kepada Kompas dan Serambi Indonesia di rumah duka Jalan Bahagia No,17 Medan, mereka mendengan kabar duka hari Jumat pagi melalui RRI.

Dari Posko Haji Depag kemarin dilaporkan pula, Ketua DPP Golkar Bidang Kerohanian, KH Muhammad Tarmudji meninggal dunia akibat penyakit di RS Sulaiman, Jeddah hari Kamis siang pukul 11.30 waktu setempat atau 17.30 WIB.

Kelahiran Semarang 30 Desember 1924, almarhum meninggalkan seorang istri, Ny. Widiawati B. Asri yang menyertainya dalam menunaikan ibadah haji dan empat putra-putri dari istri pertamanya, Siti Fauziah Muttaqien.

Selain pengumuman ini yang disiarkan Posko Haji di Sasana Amal Bakti Departemen Agama semalam, suasana di Posko tambah malam tambah banyak keluarga mengalir untuk mendapatkan informasi tentang keluarganya.

Kantin departemen yang dikelola Dharma Wanita buka sampai pukul 20.30 WIB melayani para keluarga musibah.

Selain kantin, Departemen Agama juga menyediakan pesawat TV bagi mereka. Tapi dari pengamatan, mereka lebih menginginkan daftar nama dari 562 jemaah segera didapat ketimbang dihibur acara TV.

Dimakamkan di Mekkah

Sumber-sumber diplomatik di Arab Saudi hari Kamis mengemukakan, sebagian besar dari 1.426 jemaah haji yang tewas berdesakan-desakan dalam terowongan Haratul Lisan, Mina hari Senin (2/7) akan dimakamkan di kota suci Mekkah dan sekitarnya. Langkah ini diambil karena sesuai dengan kepercayaan Islam, mereka yang meninggal dunia dan dimakamkan di Mekkah akan memperoleh rahmat tersendiri.

Sumber-sumber yang tak bersedia disebut jatidirinya ini menegaskan sebagian besar dari para korban jemaah haji ini masih sulit untuk diidentifikasi.

Dikatakan, makam para jemaah haji ini tanpa tanda (batu nisan-red) dan akan dikuburkan saling bersebalahan dalam suatu makam di sebuah kawasan yang akan ditetapkan Pemerintah Arab Saudi. Tak dirinci kawasan yang dimaksud, hanya dikatakan di Mekkah dan sekitarnya Mekkah. Tiga hari setelah musibah tragis itu, sebagian besar dari jenazah para korban masih berada di kamar jenazah beberapa rumah sakit di Mekkah.

Sejumlah dari jenazah ini sulit dikenali karena tak memiliki identitas sedikit pun. Sejauh ini disebutkan, para korban itu selain dari Arab Saudi sendiri, juga dari Indonesia, Turki, Pakistan, India, Bangladesh, dan Malaysia. Seorang pejabat Arab Saudi mengemukakan, proses pengenalan jenazah akan dimulai hari Jumat ini dengan bantuan pejabat yang mendampingi setiap jemaah ataupun diplomat asing yang mendapat tugas menangani jemaah dari negaranya.

Musibah yang menimpa lebih dari seribu jemaah haji di Mekkah ini telah mengundang rasa simpati yang mendalam dari pemimpin gereja Katolik, Paus Yohanes Paulus II. Paus menyampaikan rasa simpati mendalam pada pemerintah Kerajaan Arab Saudi dan mengucapkan belasungkawa terhadap para korba. Rasa berkabung ini disampaikan melalui Duta Besar Arab Saudi untuk Italia di Roma.

(Tim Kompas)"

Begitulah laporan Harian Kompas pada 6 Juli 1990 terkait kejadian mengerikan, Tragedi Mina. Ratusan jemaah haji Indonesia menjadi korbannya.