Find Us On Social Media :

Bagaimana Nasib Hewan Kurban Di Akhirat? Begini Dalil Penjelasannya

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 17 Juni 2024 | 11:30 WIB

Terkait kurban dan hewan kurban, barangkali ada yang bertanya-tanya: bagaimana nasib hewan kurban di akhirat?

Intisari-Online.com - Selamat Hari Raya Idul Adha, selamat hari raya kurban.

Terkait kurban dan hewan kurban, barangkali ada yang bertanya-tanya: bagaimana nasib hewan kurban di akhirat?

Begini penjelasannya.

Pernah mendengar ini belum: hewan kurban akan menjadi kendaraan bagi orang yang berkurban saat nanti di akhirat.

Mengutip kanal YouTube Adi Hidayat Official yang tayang pada 6 Juli 2021 silam, sang Ustaz mengatakan, bahwa dirinya pernah mendengar, bahkan membaca sendiri terkait hal tersebut.

"Ya, saya pun pernah mendengar dan membaca juga referensi-referensi terkait," kata Ustaz Adi Hidayat.

Ada sebuah riwayat yang disampaikan kepada Nabi SAW, sebagaimana mana yang dikatakan oleh Ustaz Adi Hidayat.

"Ada riwayat yang disandarkan kepada Nabi SAW. dengan kalimat, 'gemukanlah, baguskanlah hewan-hewan sembelihan kalian. Karena sesungguhnya hewan-hewan kurban, hewan-hewan sembelihan yang dibaguskan itu, itu nanti akan datang di hari kiamat jadi kendaraan kalian melewati jembatan penyebrangan yang menentukan antara surga ataukah neraka."

Ustaz Adi Hidayat menegaskan bahwa banyak riwayat-riwayat yang mengatakan hal demikian. Tapi ternyata para ulama menilai riwayat-riwayat tersebut sangat lemah.

"Namun demikian persoalannya, riwayat ini dan riwayat-riwayat terkait dinilai oleh para ulama-ulama, pakar di bidang ahli hadist, itu sebagai riwayat-riwayat yang sangat lemah," ungkap Ustaz Adi Hidayat.

"Bahkan sebagian di antaranya tidak memiliki asal, sehingga disebut hadist-hadist yang bermasalah," sambung Ustaz Adi Hidayat.

Tak sampai di situ, Ustaz Adi Hidayat juga menjelaskan terkait alasan mengapa hadist-hadist atau riwayat-riwayat tersebut dinilai lemah.

"Hampir seluruh hadist-hadist yang terkait dengan keutamaan-keutamaan penyembelihan kurban, yang dimaksudkan keutamaan ini berlebihan, yang seperti tadi disampaikan, itu tidak ditemukan kekuatannya," jelas Ustaz Adi Hidayat.

Ustaz Adi Hidayat juga menjabarkan beberapa komentar dari para ulama terkait hadist ini.

"Di sini kita bisa temukan beberapa ulama mengomentari spesifik atas riwayat yang tadi disampaikan," kata Ustaz Adi Hidayat memulai. "Seperti ulama Ibnu Hajar Al-Asqalani juga menyebut riwayat ini sangat lemah sekali, demikian dengan as-Sakhawi, pakar di bidang penelitia hadist, juga senada dengan Ibnu Hajar Al-Asqalani, menilai hadistnya sangat lemah sekali."

"Demikian juga Al-Munawi, beliau menyebut bahwa inipun sangat lemah sekali," sambung Ustaz Adi Hidayat.

Kendati demikian, ada pula pendangan lain dari beberapa ulama yang mengatakan bahwa bisa jadi riwayat ini berkaitan erat dengan pahala.

Semakin baik dan semakin bagus hewan yang hendak dikurban, maka semakin baik pula pahala yang akan di dapat.

"Namun ada yang menarik, beberapa komentar para ulama sekalipun pandangan mereka menyebut bahwa riwayat-riwayat ini lemah."

"Namun demikian, ada komentar yang sangat juga cukup bagus dari sebagian kalangan ulama yang menyebutkan bahwa boleh jadi perkataan-perkataan ini sesungguhnya bukan ingin menunjukan maksud dari real, alsinya ini menjadi kendaraan."

"Tapi berupa majas atau kiasan, karna ungkapan-ungkapan dalam bahasa Arab itu sering kali juga bisa bermakna kiasan."

"Maksudnya adalah hewan-hewan ini yang jika memang kita bisa mencari yang paling bagus, mencari yang paling baik , maka dimungkinkan pahalanya semakin bagus, semakin baik, semakin banyak."

"Dengan banyaknya pahala ini, ini yang akan memudahkan kita melewati Al-Shirath, karena timbangannya semakin besar, timbangan semakin banyak."

"Bukankan kurba pertama yang diterima oleh Allah SWT. dari anak Nabi Adam A.S adalah kurban yang terbaik, kurban yang paling bagus."

Hal ini sesuai dengan Surah Al-Maidah ayat 27, yang artinya :

Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima.

Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.”

"Ketika mereka diminta oleh Allah SWT. untuk menunaikan ibadah kurban, maka diterima yang satu, yang lainnya di tolak," jelas Ustaz Adi Hidayat.

"Siapa yang diterima ini? Adalah anak Adam A.S yang berkurban dengan hewan ternaknya, dipilih yang paling bagus, yang paling gemuk, yang paling indah tampilannya, itu yang diterima,"

"sementara yang satunya lagi tidak mendapatkan penerimaan karena memilih kualitas yang paling jelek dari hasil perkebunanya," kata Ustaz Adi Hidayat.

Dari hal tersebut, akan terlihat bagaimana kesungguhan untuk berkurban, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surah Al Kautsar.

Surat Al Kautsar ayat 1-3, yang artinya :

Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).

"Ini memberikan isyarat kepada kita, bahwa jika kita akan berkurban maka dengan anggaran yang mungkin kita bisa keluarkan, cari yang paling bagus hewannya," kata Ustaz Adi Hidayat.

"Keikhlasan kita dengan berkurban itu, itu yang menjadikan pahala bisa berlipat, dengan pahala berlipat mizannya semakin kuat, semakin berat."

"dan dengan semakin berat ini, itu yang berpeluang kemudian menghadirkan ridho Allah SWT menutupi kesalahan kita, sehingga mempercepat kita melewati Shirath."

Dalam hadist, Rasulullah Shallallahu `alaihi Wa Sallam menegaskan bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala mencintai orang-orang yang melaksanakan ibadah kurban. Pasalnya, hewan kurban akan menjadi penyelamat di hari kiamat nanti. Hal ini terdapat dalam hadist riwayat Tirmidzi yang berbunyi:

"Tidak ada amalan yang dilakukan oleh anak Adam pada hari Nahr yang lebih dicintai Allah daripada mengalirkan darah (hewan kurban). Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduknya, bulunya, dan kukunya. Dan sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada keridhaan Allah sebelum darah tersebut jatuh ke tanah. Maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban." (HR. Tirmidzi).

Begitulah jawaban dari pertanyaan: bagaimana nasib hewan kurban di akhirat? Semoga bermanfaat.