Find Us On Social Media :

Sejarah Kelam: Tiga Lokasi Eksekusi Hukuman Gantung di Batavia

By Mahandis Yoanata Thamrin, Rabu, 5 Juni 2024 | 17:20 WIB

Sahabat Museum menggelar Plesiran Tempo Doeloe bertajuk 'Hoekoeman Gantoeng di Tana Lapang'. Tampak Ade Purnama, pendiri Sahabat Museum, tengah mengisahkan tentang salah sudut Kota Batavia, Gerbang Amsterdam.

Baca Juga: Tiga Alasan Penting yang Melatarbelakangi Dibentuknya Korporasi Dagang Belanda yang Diberi Nama VOC

Litografi eksekusi hukuman karya Simon Fokke (1712–1784) yang terbit dalam Vier episodes uit de vaderlandse geschiedenis, yang ditunjukkan juga dalam tesis Asyrafi, juga memiliki kemiripan dalam perancah eksekusi dengan lukisan Johannes Rach—semacam panggung yang terbuat dari kayu. Simon merupakan desainer, etsa, dan pengukir asal Amsterdam, Belanda.

Kedua, lokasi eksekusi hukuman gantung yang berada di depan Stadhuis atau Balai Kota Batavia. Eksekusi ini digelar pada hari tertentu setiap bulannya. Para terpidana berada di kamar penjara yang berjubel dan pengap di lantai bawah Balai Kota.

Sehari sebelum eksekusi, seorang terpidana telah mendapat kabar hukuman itu dari pengadilan. Sejak malam harinya ia dibawa ke tempat eksekusi, menanti datangnya matahari pagi terakhir. Pada hari pelaksanaan eksekusi, para hakim menyaksikan hukuman gantung dari jendela-jendela di lantai dua, tepat di atas pintu masuk Balai Kota.

Selain hukuman gantung "salah satu hukuman sangat kejam yang dilaksanakan di muka Balai Kota adalah penyulaan," ungkap Adolf Heuken dalam Historical Sites of Jakarta. "Para korban menjerit-jerit berhari-hari."  Penyulaan adalah penyiksaan yang melibatkan penembusan tubuh manusia oleh benda tajam seperti tiang, tongkat, atau tombak.

Kedua tempat tiang gantungan tadi—tanah lapang Kastel Batavia dan Balai Kota—berada dalam tembok kota. Lalu, di manakah lokasi ketiga?

Ketiga, menurut peta Batavia karya Clement De Jonghe sekitar 1650, terdapat lapangan kosong yang disebut Galgenveld yang berada di timur tembok kota. Lokasinya, di timur Kampung Bandan.

Peta itu bertajuk Afbeldinge van 't Casteel en de Stadt Batavia, gelegen op 't groot Eylandt Java-Maior, int Coninckrijck van Jaccatra'; verso: 'Batavia L'An 1629 —Gambar dari Kastel dan Kota Batavia di pulau Jawa Besar dalam Kerajaan Jaccatra.

Pada kesempatan Plesiran Tempo Doeloe ini Sahabat Museum menyigi lokasi kedua dan ketiga karena berkait waktu dan jarak perjalanan. Bermula dari Stadhuis atau Balai Kota Batavia, yang kini Museum Sejarah Jakarta, berjalan ke arah timur menyusuri Jalan Ketumbar.

Mereka menyeberangi Jalan Lada Dalam sampai di tepi kanal besar yang mengelilingi Kota Batavia. Stads Buiten Gragt, demikian toponimi kanal itu dalam peta karya Petrus Conradi buatan 1780. Selanjutnya, para peserta pelesiran itu meniti titian bekas struktur jembatan kereta bikinan Staasporrwegen pada akhir abad ke-19, dan tibalah mereka di Kampung Bandan.