Find Us On Social Media :

Tren Kebijakan Perumahan Rakyat Di Indonesia Dari Zaman Belanda, Awal Kemerdekaan, Hingga Orde Baru

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 5 Juni 2024 | 11:26 WIB

Tiap-tiap zaman punya kekhasannya dalam tren kebijakan perumahan rakyat. Mulai zaman Hindia Belanda, zaman awal kemerdekaan, hingga zaman Orde Baru.

- Perbedaan ditunjukkan dengan penggunaan desain atap dan jumlah pilar yang digunakan untuk teras depan.

Baca Juga: Ramai-ramai Tapera, Inilah Sejarah Kebijakan Perumahan Rakyat di Indonesia, Sudah Ada Sejak Zaman Belanda

Soal gaya, perumahan yang disediakan pemerintah kolonial ini mengusung gaya klasisme tropis, sebuah desain yang mencoba menyesuaikan dengan karakteristik lokal alih-alih penuh ornamen klasik. Itulah kenapa IW di Indonesia tak banyak yang bergaya Eropa klasik.

Lalu seperti apa gaya klasisme tropis itu? Begini ciri-cirinya:

Langit-langit tinggi, ventilasi besar, dan desain jendela lebar tinggi. Ini menyesuaikan dengan iklim Indonesia yang panas dan lembab. Jendela lebar dan tinggi memungkinkan sistem ventilasi silang yang baik di dalam ruangan.

Menggunakan material lokal seperti batu bata, plesteran putih, genteng kodok, dan batu terakota. Ada juga yang menggunakan marmer tapi jarang karena harus impor dari Eropa.

Pakem yang disebut di atas bertahan hingga akhir abad ke-19, dan berubah seiring dengan masuknya modernisme di awal abad 20. Tak hanya pemikiran, modernisme juga membawa pengaruh atas perubahan gaya perumahan di Indonesia. 

Di masa ini, tren pembangunan perumahan mengalami kemunduran secara kuantitas. Selain itu, ada batasan juga terkait luas lahan. Dan sejak itulah muncul tren rumah dua lantai. Hingga kemudian lahirlah Peraturan Perumahan Pegawai Negeri Sipil atau yang dikenal sebagai Burgelijke Woning Regeling (BWR) yang meliputi 'Rumah Pedesaan' dan Perbaikan Kampong.

Dan pada 1934, pemerintahan kolonial Hindia Belanda akhirnya menyediakan perumahan khusus untuk pegawai negeri. Rumah-rumah yang disebut 'Rumah Pedesaan' ini disediakan untuk orang yang bekerja untuk pemerintah. Perbedaan kelas perumahan pun dirancang menyesuaikan tingkat pendapatan dan posisi.

Tak hanya perumahan untuk para pegawai negeri sipil, seperti disinggung di paragraf sebelumnya, pemerintah Belanda juga memberlakukan kebijakan untuk mempromosikan program kesehatan perumahan di beberapa daerah, yang disebut Kampong Improvement atau Kampong Verbetering untuk mengatasi penyakit hama atau hama penyakit.

Untuk ketersediaan perumahan, pemerintah kemudian mendirikan perusahaan pengembang perumahan yang dikenal sebagai NV Volkshuisvesting pada 1926. Tugas perusahaan ini adalah menyediakan dan menyewakan rumah bagi penduduk di beberapa wilayah di Indonesia.

Terutama di kota-kota besar di Indonesia.