Find Us On Social Media :

Warung Tengkleng Langganan Pak Harto Di Solo, Kudu Dicicip Dokter Dulu

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 4 Juni 2024 | 17:34 WIB

Ada tiga warung favorit Pak Harto di Solo. Ada tengkleng Mbak Diah, serabi Notokusuman, dan nasi liwet Sri Wongso Lemu

Selain keluarga Pak Harto, banyak pejabat yang ikut pesan nasi liwetnya.

"Kalau Pak Harto berkunjung ke Kalitan, kan, banyak pejabat yang ikut. Jadi, mereka ikut pesan setiap mau balik ke Jakarta. Keluarga Pak Wiranto dan Pak Akbar Tanjung juga memesan ke sini sampai sekarang."

Serabi Notosuman untuk tamu negara

Dari sekian banyak jajanan khas Solo, serabi Notosuman menjadi salah satu pilihan keluarga Pak Harto.

"Dalam setiap acara, kami selalu mengirim serabi ke Ndalem Kalitan di Solo maupun Cendana untuk Pak Harto dan keluarganya," terang Handayani, penjual serabi paling terkenal di Solo itu.

Menurut Handayani, sudah lama ia memasok serabi ke keluarga Cendana. Seingatnya, ketika IbuTien masih ada.

"Kalau keluarga Pak Harto ada acara, orang kepercayaannya pesan dalam jumlah banyak untuk dibawa ke Jakarta. Tapi, kalau tidak ada acara, paling pesan 10 dos. Tiap dos berisi 10 serabi," tambah ibu dua anak ini.

Puncaknya ketika selamatan Bu Tien, Handayani diundang khusus ke Cendana untuk menyajikan jajanannya bersama hidangan lain. Bersama suami dan dua anaknya, Handayani membawa mobil untuk mengangkut bahan serta peralatan berupa tungku dan cetakan serabi.

Dia ingat persis, serabi buatannya juga disajikan untuk Sultan Bolkiah dari Brunei Darussalam yang kebetulan hadir.

Yang membuat Handayani terkesan, sebelum disajikan, serabinya diperiksa oleh tujuh orang dari Paspampres dan dokter, untuk memastikan serabinya benar-benar aman.

"Sebagai orang biasa tentu saya sangat bangga, makanan buatan saya dinikmati oleh Pak Harto juga tamu-tamu negara," ujar Handayani sembari tersenyum.

Menurut Handayani, serabi produksinya sudah jadi santapan pejabat sejaklama.

"Dulu, mantan Presiden Soekarno juga pesan serabi pada nenek saya. Saya masih ingat, saat BungKarno pesan, sejak malam hari, dapur tempat membuat serabi sudah dijaga tentara," kata Handayani yang mengaku sebagai generasi ketiga pembuat serabi.

Usaha ini dirintis neneknya, Hoo Geng Hok tahun 1923. Lalu, tongkat estafet dipegang ibu Handayani, Ny. Margo Hutomo. "Setelah nenek dan ibu tidak ada, sayalah yang melanjutkan," papar Handayani yang kelak usahanya akan diturunkan kepada anaknya.

Handayani yang memiliki 15 karyawan mengaku heran, jajanan tradisional buatannya menjadi terkenal. Bahkan digemari petinggi negeri ini.

Rahasianya? Handayani juga tidak mengerti persis.

Yang pasti, "Saya tidak menambah atau mengurangi resep yang ditinggalkan ibu dan nenek."

Ternyata resep itu memang pas. Sampai saat ini tamu-tamu dari luar kota selalu memenuhi tempatnya untuk menikmati serabi. Terutama, hari libur atau Lebaran.

Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News