Find Us On Social Media :

Warung Tengkleng Langganan Pak Harto Di Solo, Kudu Dicicip Dokter Dulu

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 4 Juni 2024 | 17:34 WIB

Ada tiga warung favorit Pak Harto di Solo. Ada tengkleng Mbak Diah, serabi Notokusuman, dan nasi liwet Sri Wongso Lemu

Intisari-Online.com - Ketika Pak Harto masih hidup dan berkuasa, seorang kepala polisi dari Karanganyar, Jawa Tengah, setiap hari Kamis selalu mengirim tengkleng ke Cendana.

"Yang pesan thengkleng namanya Pak Jumrot. Beliau selalu pesan empat termos dari saya. Katanya, sih, dikirim ke keluarga Pak Harto di Jakarta," ungkap Bakdiah, pemilik warung thengkleng Bu Diah di Solo Baru, Nova edisi Januari 2008.

Thengkleng adalah sejenis gulai yang isinya terdiri atas tulang iga, lidah, dan tulang sumsum.

Kesukaan keluarga Pak Harto menyantap thengkleng terus berlanjut sampai saat Pak Harto lengser. Ketika keluarga Pak Harto singgah ke Kalitan, "Saya selalu mendapat pesanan. Tiap Lebaran, saya juga sering menerima order membuat thengkleng untuk dikirim ke keluarga Cendana," kata Diah.

Meski yang beli keluarga Pak Harto, tambahnya, harganya sama saja dengan pelanggan lain. Ketika itu, harga per porsinya adalah  Rp7 ribu dan satu termos Rp250 ribu (2008).

Apa istimewanya thengkleng Diah?

"Saya tidak tahu kenapa mereka suka thengkleng bikinan saya. Saya juga belum pernah secara langsung melihat Pak Harto menyantap thengkleng," cerita Diah.

"Yang jelas, setiap beliau singgah di Kalitan, thengkleng saya selalu masuk. Pulang ke Jakarta juga membawa thengkleng. Biasanya yang datang utusan dari Kalitan."

Thengkleng Bu Diah memang cukup legendaris. Usaha ini semula dirintis orangtua Diah. Ayah Diah, Djojodikromo Semito, adalah penjual sate.

"Nah, Ibu memanfaatkan tulang-tulang dan sisa daging, kemudian diolah jadi thengkleng. Lalu, Ibu menjualnya keliling kampung."

Sekitar tahun 1993, Diah mulai mengambil alih berjualan di pinggir kali Solo Baru. Setelah mendapat tanah kontrakan, ia membuka warung tetap hingga sekarang di seberang kali di Jalan Solo Baru.

"Resepnya masih asli seperti ibu saya. Saya juga masih memasak dengan bahan bakar kayu. Lebih enak ketimbang kompor gas."