Find Us On Social Media :

Sejarah KRI Nanggala 402 Yang Pernah Jadi Ujung Tombak Indonesia Saat Sengketa Blok Ambalat

By Moh. Habib Asyhad, Jumat, 24 Mei 2024 | 19:17 WIB

Sejarah KRI Nanggala 402 yang pernah jadi ujung tombak Indonesia saat sengketa Blok Ambalat dengan Malaysia.

Kapal selam ini menggunakan empat mesin diesel elektrik, 1 shaft yang menghasilkan 4.600 SHP sehingga sanggup berpacu di dalam air hingga kecepatan 21,5 knot.

KRI Cakra dan KRI Nanggala, keduanya kelas 209, dibuat di HDW Kiel, Jerman, pada 1978-1979.

Pada 21 Juli 1981, kedua kapal ini diserahkan ke TNI AL dan berada di Komando Armada II di Surabaya.

Kapal tersebut bersandar di dermaga Dock Lawang yang masuk klasifikasi ”A” di mana orang luar yang masuk harus mendapatkan security clearance dari Intelijen Armada.

Indroyono Soesilo dalam bukunya Kapal Selam Indonesia mencatat, kapal selam KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402 telah ditropikalisasi dan lebih canggih sistem pengendaliannya.

Dengan demikian, lebih cocok berlayar di laut Nusantara.

Kapal ini juga unggul dalam hal rancang bangun tekan, penempatan peluncur torpedo dan jumlah baling-baling kapal dibandingkan KRI Tjakra dan KRI Nanggala generasi sebelumnya yang merupakan buatan Rusia dan diresmikan Presiden Soekarno pada 12 September 1959.

Kapal selam dari Rusia yang masuk kategori kelas Whiskey ini badan tekannya dibagi-bagi dalam ruangan-ruangan kedap air.

Di kelas 209 buatan Jerman, badan tekan berbentuk silinder baja tanpa sekat-sekat.

Suhu ruangannya pun lebih nyaman dan tidak membuat kru terus berkeringat.

Perbedaan lainnya ialah, kelas 209 punya satu baling-baling dan peluncur torpedonya ada di haluan kapal.

Sementara itu, Whiskey-Class punya dua baling-baling dan peluncur torpedo ada di buritan kapal.

Itulah sekelumit sejarah KRI Nanggala 420 yang pernah jadi ujung tombak Indonesia saat sengketa Blok Ambalat dengan Malaysia.

Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News