Find Us On Social Media :

Harun Nasution Membagi Sejarah Islam Dalam 3 Periode Besar, Di Antaranya Antara 1800 Sampai Sekarang

By Moh. Habib Asyhad, Jumat, 24 Mei 2024 | 18:17 WIB

Harun Nasution membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode besar. Di antaranya masa tahun 1800 sampai sekarang. Pada masa itu oleh Harun Nasution disebut dengan masa atau abad modern.

Intisari-Online.com - Harun Nasution membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode besar. Di antaranya masa tahun 1800 sampai sekarang. Pada masa itu oleh Harun Nasution disebut dengan masa atau abad modern.

Secara garis besar, sejarah peradaban Islam dibagi menjadi tiga periode.

Abad klasik (650-1250), abad pertengahan (1250- 1800), dan abad modern (1800-sekarang).

Mengutip Kompas.com, tiap-tiap periode memiliki kekhasan masing-masing dalam perdabannya.

Baik dari segi visi misi maupun orientasinya.

Demikian juga dengan peradaban Islam modern yang telah berlangsung sejak lebih dari dua abad lalu juga memiliki orientasi dan visi misi tersendiri.

Lahirnya Abad Islam Modern

Lahirnya peradaban Islam modern ditandai dengan lahirnya tokoh-tokoh besar yang mengusung pembaharuan Islam.

Diawali dari berbagai pemikiran Ibnu Taimiyah masa abad pertengahan yang memantik lahirnya kesadaran pembaharuan bagi tokoh lainnya.

Pemikiran pembaharuan Islam selanjutnya kian dikembangkan oleh tokoh besar lainnya, seperti Ali Pasya, Rifa'ah Baidawi, akhir abad 18 hingga awal abad 19.

Kedua tokoh ini telah melakukan gerakan pembaharuan misalnya mengirim siswa ke Eropa untuk belajar dan kemudian mendirikan pendidikan modern di Mesir.

Perkembangan lebih lanjut Islam semakin berkembang setelah munculnya tokoh besar lainnya seperti Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, Rasyid Ridho, dan lain-lainnya.

Tokoh-tokoh Islam ini menyadari perlunya ada gerakan pembaharuan dalam bidang-bidang kehidupan masyarakat Islam.

Faktor yang mempengaruhinya di antaranya:

- Gelombang modernisasi di Eropa

- Imperialisme Barat ke Timur Tengah

- Kesadaran orientasi Islam dalam peradaban

Latar belakang itulah kemudian berkembang menjadi sebuah gerakan yang dikenal dengan Islamic revivalisme atau kebangkitan Islam.

Islamic Revivalisme

Jika pada abad klasik Eropa kagum melihat peradaban Islam, sebaliknya pada masa abad modern, Islam yang kagum melihat peradaban Eropa.

Islam pada abad pertengahan telah memiliki orientasi peradaban yang berkutat kepada urusan agama dan tuhan serta mengesampingkan kehidupan riil di dunia.

Para tokoh pembaharu Islam menyadari bahwa imperialisme Eropa terhadap peradaban Islam disebabkan keterbelakangan umat Islam dalam pendidikan, teknologi, sosial, politik, dan ekonomi.

Sebab-sebab tersebut kemudian melahirkan kesadaran bahwa Islam harus bangkit supaya tidak selalu ditekan oleh bangsa Eropa melalui perubahan cara pandang Islam.

Sejak itu Islam mulai diarahkan untuk rasional-ilmiah supaya dapat memecah masalah di kehidupan riil, baik dari pendidikan, sosial, politik, dan ekonomi, tanpa menghilngkan sisi religusnya.

Salah satu upaya untuk menegaskan gerakan tersebut, melalui pemantapan ideologi dalam bidang pendidikan dan organisasi.

Bentuk Gerakan

Mula-mula tokoh Afghani melakukan pembaharuan dalam bentuk pendirian gerakan politik rakyat yang dikenal dengan Pan-Islamisme.

Pan-Islamisme merupakan organisasi yang menekankan adanya persatuan umat Islam dalam sebuah gerakan menentang imperialis dan kolonialis Eropa.

Gerakan ini semakin berkembang setelah munculnya Muhammad Abduh, seorang murid dari Afghani yang lebih menekankan pada gerakan pembaharuan pemikiran dan pendidikan.

Melalui pendidikan ia mulai mengintegrasikan ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum dalam sistem pendidikan Islam salah satunya di Universitas Al-Azhar Mesir.

Demikian juga Rasyid Ridha, ia menilai bahwa kemunduran Islam dikarenakan salah satunya sifat fanatisme yang mengakar di pikiran muslim.

Dia menganggap bahwa umat Islam kala itu mengingkari ajaran-ajaran Islam bahwa hidup itu harus bersifat dinamis bukan statis yang kemudian menimbulkan fanatisme.

Beriringan dengan itu, muncul juga tokoh Islam bernama Iqbal pada awal abad ke 20, ia menginginkan peradaban baru Islam yang anggun.

Islam yang anggun yang dimaksud adalah Islam yang mengisi kekurangan peradaban Barat, demikian juga Barat mengisi kekurangan di Timur.

Intinya saling melengkapi.

Pemikiran dan gerakan inilah yang kemudian menciptakan sebuah peradaban modern Islam sebagaimana yang kita kenal saat ini.

Begitulah, Harun Nasution membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode besar. Di antaranya masa tahun 1800 sampai sekarang. Pada masa itu oleh Harun Nasution disebut dengan masa atau abad modern.

Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News