Sejak itu Islam mulai diarahkan untuk rasional-ilmiah supaya dapat memecah masalah di kehidupan riil, baik dari pendidikan, sosial, politik, dan ekonomi, tanpa menghilngkan sisi religusnya.
Salah satu upaya untuk menegaskan gerakan tersebut, melalui pemantapan ideologi dalam bidang pendidikan dan organisasi.
Bentuk Gerakan
Mula-mula tokoh Afghani melakukan pembaharuan dalam bentuk pendirian gerakan politik rakyat yang dikenal dengan Pan-Islamisme.
Pan-Islamisme merupakan organisasi yang menekankan adanya persatuan umat Islam dalam sebuah gerakan menentang imperialis dan kolonialis Eropa.
Gerakan ini semakin berkembang setelah munculnya Muhammad Abduh, seorang murid dari Afghani yang lebih menekankan pada gerakan pembaharuan pemikiran dan pendidikan.
Melalui pendidikan ia mulai mengintegrasikan ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum dalam sistem pendidikan Islam salah satunya di Universitas Al-Azhar Mesir.
Demikian juga Rasyid Ridha, ia menilai bahwa kemunduran Islam dikarenakan salah satunya sifat fanatisme yang mengakar di pikiran muslim.
Dia menganggap bahwa umat Islam kala itu mengingkari ajaran-ajaran Islam bahwa hidup itu harus bersifat dinamis bukan statis yang kemudian menimbulkan fanatisme.
Beriringan dengan itu, muncul juga tokoh Islam bernama Iqbal pada awal abad ke 20, ia menginginkan peradaban baru Islam yang anggun.
Islam yang anggun yang dimaksud adalah Islam yang mengisi kekurangan peradaban Barat, demikian juga Barat mengisi kekurangan di Timur.
Intinya saling melengkapi.
Pemikiran dan gerakan inilah yang kemudian menciptakan sebuah peradaban modern Islam sebagaimana yang kita kenal saat ini.
Begitulah, Harun Nasution membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode besar. Di antaranya masa tahun 1800 sampai sekarang. Pada masa itu oleh Harun Nasution disebut dengan masa atau abad modern.
Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News