Sejarah Ketupat dan Maknanya Menjadi Simbol Lebaran di Nusantara Ajaran Sunan Kalijaga

Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Berikut ini adalah sejarah ketupat dan maknanya menjadi simbol lebaran di Nusantara.

Intisari-online.com - Ketupat bukan sekadar hidangan khas Lebaran yang lezat, tetapi juga menyimpan sejarah dan makna mendalam dalam budaya Islam di Nusantara.

Konon, tradisi ketupat erat kaitannya dengan dakwah Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang berperan besar dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.

Berikut ini adalah sejarah ketupat dan maknanya menjadi simbol lebaran di Nusantara.

Sejarah Ketupat dan Sunan Kalijaga

Asal mula ketupat dikaitkan dengan Sunan Kalijaga dalam upayanya menyebarkan Islam di Jawa.

Pada masa itu, masyarakat Jawa masih banyak yang menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.

Salah satu ritual mereka adalah "melukat" atau membersihkan diri di sumber mata air dengan membawa sesaji yang dibungkus janur kuning.

Sunan Kalijaga melihat tradisi ini sebagai peluang untuk mendekatkan diri kepada masyarakat.

Beliau pun membuat bungkusan janur kuning yang menyerupai bentuk ketupat, namun berisi nasi.

Beliau menyebutnya "kupat", yang berasal dari bahasa Jawa "ku" (ngaku) dan "pat" (lepat), yang berarti "mengakui kesalahan".

Sunan Kalijaga kemudian menjelaskan makna "kupat" kepada masyarakat.

Baca Juga: Penjelasan Apa yang Dimaksud dengan Historiografi dalam Sejarah

Beliau mengatakan bahwa setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadhan, umat Islam perlu mengakui kesalahan dan memohon ampunan kepada Allah SWT.

Tradisi "melukat" pun diubah dengan tradisi makan ketupat bersama setelah Shalat Idul Fitri.

Makna Ketupat Lebaran

Bentuk ketupat yang segi empat memiliki makna filosofis yang mendalam.

Empat sisi ketupat melambangkan empat sifat manusia yang harus dijaga, yaitu:

Syukur: Mensyukuri nikmat Allah SWT atas limpahan rezeki dan kesehatan.

Maaf: Memohon maaf dan saling memaafkan atas kesalahan yang telah diperbuat.

Taqwa: Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Ikhlas: Menerima segala ketetapan Allah SWT dengan lapang dada.

Janur kuning yang digunakan untuk membungkus ketupat juga memiliki makna tersendiri.

Warna kuning melambangkan kesucian dan keagungan, sedangkan janur melambangkan kebersihan dan kesucian hati.

Baca Juga: Hubungan dan Kedudukan Antara Pemerintah dengan Pekerja atau Buruh dalam Perjalanan Sejarah Perkembangan Kaum Buruh di Indonesia

Tradisi Ketupat Lebaran di Nusantara

Tradisi ketupat Lebaran kini menjadi tradisi yang melekat di seluruh pelosok Nusantara.

Ketupat menjadi hidangan wajib yang dihidangkan saat Hari Raya Idul Fitri.

Biasanya, ketupat dinikmati dengan berbagai hidangan khas Lebaran lainnya, seperti opor ayam, rendang, dan sambal goreng ati.

Tradisi ketupat Lebaran bukan hanya tentang makan bersama, tetapi juga tentang mempererat tali silaturahmi dan saling memaafkan.

Tradisi ini menjadi simbol persatuan dan kesatuan umat Islam di Indonesia.

Kesimpulan

Ketupat bukan sekadar makanan, tetapi juga simbol budaya dan tradisi yang kaya makna.

Sejarah dan makna ketupat Lebaran mencerminkan nilai-nilai Islam yang luhur, seperti rasa syukur, saling memaafkan, taqwa, dan ikhlas.

Demikian,adalah sejarah ketupat dan maknanya menjadi simbol lebaran di Nusantara.

Tradisi ini menjadi warisan budaya yang patut dilestarikan dan diwariskan kepada generasi penerus.

Artikel Terkait