Intisari-Online.com -Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang perkembangannya begitu dinamis di Indonesia adalah antropologi.
Artikel ini akan membahas bagaimanasejarah perkembangan antropologi di dunia dan Indonesia?
Sejarah antropologi merupakan sejarah karya-karya etnografi yang menjadi metode utamanya.
Sejarah antropologi sebagai sebuah ilmu “resmi” telah memasuki usia abad keduanya.
Beberapa antropolog sepakat bahwa antropologi secara formal dijadikan sebagai sebuah disiplin keilmuan dua abad yang lalu.
Meskipun tidak dipungkiri perkembangan awal antropologi diawali oleh para ahli filsafat Perancis termasyhur seperti J.J. Rousseau (Saifuddin, 2005).
Pada perkembangan awal antropologi, yakni sebelum tahun 1800-an, berasal dari negara-negara di Benua Eropa.
Era merkantilisme menandai proses perdagangan antar bangsa yang dilakukan oleh para “merchant” atau saudagar bekerja sama dengan negara dan gereja.
Dalam penjelajahan samuderanya selain berdagang mereka mempunyai misi khusus yakni memperluas wilayah kekuasaan negara dan menyebarkan agama.
Semboyan gold, glory, dan gospel menjadi spirit penaklukan dunia Barat terhadap bangsa-bangsa di timur sekaligus menandai era awal kolonialisme.
Terlepas dari keberadaan para saudagar dengan tujuan perdagangan, para pendeta agama Nasrani, penerjemah Alkitab Injil dan pegawai pemerintah kolonial yang dibawa dalam misi perdagangan ini, menuliskan pengalaman mereka dalam bentuk kisah perjalanan, catatan, serta laporan pemerintah kolonial (Koentjaraningrat, 2009)
Di kalangan para antropolog masih menjadi perdebatan tentang sejak kapan antropologi dapat dinyatakan sebagai disiplin keilmuan secara pasti.
Namun, sebagian besar antropolog meyakini bahwa antropologi muncul sebagai satu cabang keilmuan yang jelas batasannya dengan ilmu-ilmu lain sejak abad ke-19.
Kemunculan ilmu antropologi bersamaan dengan lahirnya teori Darwin tentang evolusi manusia.
Pada abad selanjutnya, antropologi mengalami perkembangan pesat manakala antropologi telah diakui sebagai disiplin pengetahuan akademik.
Hal itu terjadi ketika antropolog diakui sebagai profesi yang ditandai dengan pengangkatan sarjana antropologi bekerja pada universitas, museum, dan kantor-kantor pemerintahan (Saifuddin, 2005).
Koentjaraningrat berpendapat bahwa “sejarah gagasan” antropologi bahkan dimulai dari tulisan-tulisan filsuf, pensyarah Yunani, sejarah Arab kuno, sejarah Eropa kuno, maupun masa abad pencerahan atau renaisans yang dianggap pendorong dibangunnya tradisi antropologi.
Setelah memasuki fase keempat, antropologi berkembang sangat pesat.
Pada fase ini, antropologi sebagai disiplin ilmu sudah berkembang tidak hanya mempelajari di luar bangsa-bangsa Eropa.
Setelah Perang Dunia II, seiring dengan gelombang emansipasi dan gerakan pembebasan terutama di negara-negara Asia dan Afrika, mendorong antropologi mempelajari fenomena pascakolonial.
Hal itu memunculkan kesadaran baru di kalangan antropolog tentang pentingnya meletakkan spirit emansipasi atau kesetaraan di antara bangsa-bangsa di dunia sebagai nilai utama ilmu antropologi.
Dampak paling nyata dari gelombang emansipasi tersebut adalah tidak digunakannya istilah “primitif” yang bermakna terbelakang untuk menjelaskan berbagai suku bangsa di luar bangsa Eropa.
Terakhir, antropologi telah memasuki fase kelima.
Antropologi telah memasuki perjalanan dua abad sebagai sebuah disiplin keilmuan yang tergolong relatif muda, jika dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain.
Pada fase ini cara pandang analisis teori dalam antropologi semakin beragam.
Wacana dan perdebatan antropologi masih terus berlangsung, dinamika pun terjadi dalam tubuh antropologi sebagai sebuah disiplin keilmuan.
Antropologi kebanyakan sudah berkembang tidak hanya mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa.
Antropologi telah merambah pada kehidupan masa kini, seperti dalam pembahasan sebelumnya tentang fenomena Korean Wave di Indonesia sebagai budaya populer.
Di Indonesia, antropologi diajarkan untuk siswa sekolah menengah atas dan di sejumlah perguruan tinggi dengan membuka jurusan antropologi.
Bahkan kajian antropologi di Indonesia sudah lebih luas yakni dengan pendekatan maraknya antropologi visual dan metode netnografi.
Metode netnografi misalnya, berkembang seiring dengan Revolusi Industri 4.0 yang ditandai masifnya penggunaan internet.
Netnografi sendiri merupakan metode penelitian antropologi yang menerapkan prinsip-prinsip etnografi dengan menggunakan sumber data berasal dari dunia maya dan memanfaatkan teknologi digital.
Setelah mencermati secara cepat ilmu antropologi di atas, kalian dapat menemukan sejarah perkembangan antropologi.
Namun demikian, paparan mengenai sejarah perkembangan antropologi tetap penting untuk didiskusikan dengan melihat konteks yang melatarbelakangi lahirnya masing-masing fase.