Find Us On Social Media :

Penjelasan Penyebab Hancurnya Kerajaan Demak, Gegara Perang Saudara?

By Ade S, Selasa, 12 Maret 2024 | 10:03 WIB

Makam raja-raja Demak di Kompleks Masjid Agung Demak. Artikel ini menjelaskan penyebab hancurnya Kerajaan Demak, termasuk perang saudara yang memicu keruntuhan.

Intisari-Online.com - Apakah Anda pernah bertanya-tanya apa yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Demak?

Sejarah mencatat berbagai faktor yang berperan dalam kejatuhan kerajaan ini.

Artikel ini menjelaskan penyebab hancurnya Kerajaan Demak, sebuah misteri yang telah lama menjadi topik diskusi di kalangan sejarawan.

Dari konflik internal hingga perang saudara yang mengguncang fondasi kerajaan, kisah ini adalah perjalanan menarik melalui masa lalu.

Ikuti narasi mendalam yang mengungkap dinamika kekuasaan dan pengkhianatan.

Temukan bagaimana ambisi, politik, dan perang saudara berujung pada keruntuhan sebuah era.

Perang Saudara di Kerajaan Demak

Kematian Sultan Trenggono pada tahun 1546 selama ekspedisi militer di Panarukan, Jawa Timur, menandai awal dari periode ketidakstabilan di Kerajaan Demak.

Sultan Trenggono, yang tewas dalam serangan terhadap Blambangan, meninggalkan kekosongan kekuasaan yang coba diisi oleh Sunan Prawoto, putra sulungnya.

Dengan dukungan Sunan Giri dan para sesepuh kerajaan, Sunan Prawoto naik takhta pada tahun yang sama.

Baca Juga: Penjelasan Penyebab Perang Saudara yang Terjadi di Kerajaan Demak

Namun, kepemimpinannya yang lebih terfokus pada urusan keagamaan daripada pemerintahan menyebabkan beberapa wilayah bawahannya memisahkan diri, mempercepat kemunduran kerajaan.

Konflik internal memuncak ketika Sunan Prawoto terlibat dalam perang saudara dengan Arya Penangsang, sepupunya yang merupakan anak dari Pangeran Sekar Seda Lepen, saudara Sultan Trenggono.

Arya Penangsang, yang merasa lebih berhak atas takhta, didorong oleh dendam atas kematian ayahnya untuk merebut kekuasaan.

Perang ini berlangsung hingga tahun 1549, berakhir dengan kekalahan Arya Penangsang.

Pemindahan Ibu Kota

Konflik antara Sunan Prawoto dan Arya Penangsang menarik perhatian Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, menantu Sultan Trenggono.

Bersama Ki Gede Pemanahan dan Ki Panjawi, Joko Tingkir berupaya mengambil alih Kerajaan Demak dari Arya Penangsang. Mereka akhirnya berhasil di Jipang Panolan.

Joko Tingkir kemudian naik takhta sebagai Raja Demak pada tahun 1568 dan memindahkan ibu kota dari Demak ke Pajang.

Langkah ini menandai awal dari keruntuhan Kerajaan Demak.

Dengan memahami sejarah, kita dapat mengambil pelajaran dari masa lalu.

Artikel ini tidak hanya menjelaskan penyebab hancurnya Kerajaan Demak, tetapi juga mengajarkan kita tentang pentingnya persatuan dan stabilitas politik.

Baca Juga: Bagaimana Kedudukan Selat Muria yang Menjadi Pelabuhan Kerajaan Demak pada Saat Itu?