Find Us On Social Media :

Mengapa Kekuasaan Politik Berperan Penting Bagi Perkembangan Penyebaran Islam Di Indonesia?

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 28 Februari 2024 | 16:17 WIB

Mengapa kekuasaan politik berperan penting bagi perkembangan penyebaran di Indonesia?

Intisari-Online.com - Masa perkembangan agama Islam adalah kurun waktu pada saat umat Islam telah membangun kesultanan sebagai bentuk kekuasaan politik.

Contohnya adalah Kesultanan Samudra Pasai di Sumatera pada abad ke-13 M, jugakesultanan Leran di Gresik Jawa Timur pada abad ke-11 M.

Mengapa kekuasaan politik berperan penting bagi perkembangan penyebaran di Indonesia?

Perkembangan Islam di Indonesia semakin meluas seiring dengan banyaknya raja-raja Hindu yang memeluk Islam.

Dengan demikian, terbentuklah kesultanan Islam di berbagai wilayah di Indonesia.

Istilah kerajaan berubah menjadi kesultanan, dan istilah raja berubah menjadi sultan.

Salah satu motif para raja memeluk Islam adalah untuk mempertahankan kekuasaannya, karena mayoritas rakyatnya sudah memeluk Islam terlebih dahulu.

Rakyat berbondong-bondong masuk Islam karena syarat masuk Islam sangat mudah, lebih dari itu Islam tidak mengenal sistem kasta.

Islam dianggap sebagai agama pembebas bagi rakyat jelata.

Tumbuhnya kesultanan Islam di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari sebab timbulnya politik di luar Indonesia.

Mulai dari periode Khulafaur Rasyidin, Bani Umayah, Bani Abbassiyah, Fathimiyah, hingga Kesultanan Turki Ustmani.

Baca Juga: Mengenal Sosok Nuruddin ar-Ranini, Mufti Kerajaan Aceh Yang Punya Peran Penting Dalam Perkembangan Islam Di Nusantara

Kemudian diikuti dengan runtuhnya pengaruh Hindu-Budha dan munculnya Kerajaan Moghul di India.

Perkembangan Islam di Cina juga berpengaruh terhadap pertumbuhan masjid dan pesantren.

Untuk mengetahui perkembangan Mazhab Syafi’i yang dianut mayoritas masyarakat Indonesia dapat diketahui dari catatan Ibnu Batutah yang pernah berkunjung ke Kesultanan Samudra Pasai pada 1345.

Menurut catatan Ibnu Batutah, di Gujarat berkembang Mazhab Syi’ah, sementara di Kesultanan Samudra Pasai bermazhab Syafi’i.

Perbedaan mazhab antara Gujarat dan Samudra Pasai inilah yang dijadikan alasan oleh Buya Hamka untuk menolak teori Gujarat.

Jika benar bahwa agama Islam berasal dari Gujarat seperti pendapat Snouck Hurgronje danwilayah pertama penerima ajaran Islam adalah Samudra Pasai, dapat dipastikan bahwa Samudra Pasai akan bermazhab Syi’ah.

Menurut Ibnu Batutah, kesultanan Samudra Pasai bermazhab Syafi’i alih-alih Syi’ah.

Oleh karena itu, Buya Hamka berkeyakinan bahwa Islam dibawa langsung oleh Saudagar dari Makkah, bukan dari Gujarat.

Baca Juga: Jadi Tonggak Penting Perkembangan Islam, Ini Isi Perjanjian Hudaibiyah