Find Us On Social Media :

Pertama Kali Digunakan Di Filipina, Sistem Quick Count Berperan Penting Bongkar Kecurangan Rezim Ferdinand Marcos

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 15 Februari 2024 | 16:17 WIB

Quick count pertama kali digunakan di Filipina pada 1986. Sistem quick count berperan penting bongkar kecuragan rezeim Ferdinand Marcos dalam menyingkirkan lawan politiknya saat itu, Corazon Aquino.

Di Indonesia, Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) bisa disebut sebagai perintis Hitung Cepat dalam pemilu.

Entjeng Shobirin Nadj dalam Kompas edisi 10 Juli 2004 menyebutkan bahwa LP3ES sudah mulai mempelajari metode Parallel Vote Tabulation/PVT untuk hitung cepat sejak 1993.

Ketika itu lembaga tersebut mengirim stafnya ke lembaga polling di tiga negara, Amerika Serikat (AS), Filipina, dan Korea Selatan.

Kemudian, mencoba mengaplikasikanya pada Pemilu 1997, untuk wilayah DKI Jakarta.

Lalu pada Pemilu 1999 untuk beberapa wilayah di Jawa dan Nusa Tenggara Barat.

Meski hasil prediksi sama persis dengan hasil pemilu, ketika itu LP3ES belum berani mempublikasikannya karena khawatir akan berdampak secara politis.

Pada Pemilu 2004, karena hasil uji coba hitung cepat memuaskan, LP3ES bekerja sama dengan National Democratic Institute for International Affairs (NDI) melakukan hitung cepat untuk Pemilu Legislatif 5 April 2004 dan Pemilu Presiden 5 Juli 2004.

Hasil hitung cepat LP3ES-NDI mengagumkan.

Menggunakan sampel perhitungan suara di TPS, hitung cepat berhasil memprediksi perolehan suara secara cepat dan mendekati hasil resmi.

Pada pemilu legislatif, LP3ES-NDI mampu mengumumkan hasil penghitungan sehari setelah pemungutan suara dan hanya berbeda 0,15 persen dari hasil akhir penghitungan resmi KPU.

Pada saat itu, hitung cepat tak lepas dari kritik dan keraguan.

Hitung cepat oleh LP3ES-NDI pun sempat memicu ketegangan dengan KPU.