Find Us On Social Media :

Ramai Film Dirty Vote Jelang Pemilu 2024, Ternyata Begini Sejarah Film Dokumenter

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 12 Februari 2024 | 13:17 WIB

Film dokumenter Dirty Vote karya Dandhy Dwi Laksono

Intisari-Online.com - Menjelang hari H Pemilu 2024, publik dihebohkan dengan sebuah film dokumenter berjudul "Dirty Voter".

Itu adalah film garapan Dandhy Dwi Laksono di mana karya-karya film dokumenternya bisa kita nikmati di YouTube.

Berbicara tentang film yang mendokumentasikan realitas, ternyata begini sejarah film dokumenter.

Film Dirty Voter

Dirty Voter tayang di masa tenang, tiga hari sebelum Pemilu 2024.

Film Dirty Vote dibuat oleh koalisi masyarakat sipil, yang menyoroti desain kecurangan pemilu dengan Dandhy Dwi Laksono sebagai sutradaranya.

Menurut Harian Kompas, 7 Januari 2014, Dandhy Dwi Laksono berasal dari Lumajang, Jawa Timur, dan lahir pada 29 Juni 1976.

Ia menyelesaikan pendidikannya di jurusan hubungan internasional Universitas Padjadjaran, Bandung.

Apa itu film dokumenter

Mengutip Kompas.com, film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan suatu kejadian/kenyataan dan fakta.

Di dalam cerita film dokumenter, tak ada unsur fiktif yang sengaja dibuat demi mendramatisir alur ceritanya.

Dalam perjalanannya, film dokumenter sering dijadikan media kritik sosial dengan memotret hal-hal kelam yang tak mungkin ditampilkan di genre film lain.

Selain itu, dokumenter juga kerap digunakan sebagai film biografi seorang tokoh.

Jenis-jenis film dokumenter

- Dokumenter perjalanan

Jenis dokumenter yang pertama adalah dokumenter laporan perjalanan yang biasa digunakan oleh para ahli etnografi.

Robert Flaherty pernah membuat film dokumenter perjalanan berjuudl Nanook of the North yang dianggap sebagai film dokumenter perjalanan pertama di dunia.

- Sejarah

Dokumenter sejarah merupakan jenis yang paling sering ditemui penonton di seluruh dunia.

Perkawinan dokumenter dan sejarah memang dirasa sangat pas karena genre ini menampilkan fakta dari sebuah sudut pandang sehingga bisa menambah informasi terhadap sebuah sejarah.

- Biografi

Dokumenter biografi juga merupakan jenis yang paling banyak dijumpai di pasaran.

Para tokoh besar, terutama figur publik, sering kali mendapat sorotan dari kamera.

Dokumentasi-dokumentasi sepanjang kariernya itu bisa dikumpulkan dan dijadikan sebuah film dokumenter tentang cerita kehidupan pribadinya.

- Nostalgia

Film dokumenter jenis nostalgia sebenarnya lebih dekat dengan sejarah.

Tapi pada umumnya film jenis ini mengutamakan napak tilas atau kilas balik dari kejadian sebuah kelompok atau seseorang.

Pada 2003, Rithy Oanh pernah membuat film berjudul S21: The Khmer Rouge Death Machine.

Film itu menampilkan dua pihak dari kekejaman Khmer Merah, baik dari segi penyiksa maupun korban.

- Rekonstruksi

Sesuai namanya, dokumenter rekonstruksi memberikan gambaran ulang suatu peristiwa yang terjadi secara lengkap.

Film ini memiliki tantangannya tersendiri karena melakukan rekonstruksi harus disertai dengan data akurat.

- Investigasi

Film investigasi banyak dibuat para jurnalis untuk memaparkan kebenaran terhadap sebuah isu.

Pada umumnya, film dokumenter investigasi tak menyajikan gambar yang seru untuk diikuti.

Kekuatan utamanya justru terletak pada cerita investigasi sebuah kasus atau insiden yang selama ini menjadi rasa penasaran publik.

Berikut ini rekomendasi judul film dokumenter yang mewakili jenis-jenis di atas.

- Jagal (The Act of Killing) (2012)

- Senyap (The Look of Silence) (2014)

- Turah (2016)

- Sexy Killer (2019)

- Banda the Dark Forgotten Trail (2017)

- Negeri Dongeng (2017)

- BBC History of World War II - Hiroshima (2005)

- I am Ali (2014)

- Deep Web (2015)

- Oceans (2009)

- Dll

Sejarah film dokumenter

Seperti disebut di awal, film dokumenter merupakan sebuah film yang mendokumentasikan kenyataan.

Baca Juga: Mengingat Kembali Peristiwa Kopi Sianida Yang Sebentar Lagi Akan Dijadikan Dokumenter Di Layanan Streaming

Istilah "dokumenter" pertama kali digunakan oleh The Moviegoer, nama samaran John Grierson, di New York Sun pada 8 Februari 1926 saat meresensi film Moana (1926) karya Robert Flaherty.

Sementara di Prancis, penyebutan film dokumenter dipakai untuk semua film non-fiksi, termasuk film perjalanan dan film pendidikan.

Film dokumenter, seperti disebut di awal, pada prinsipnya adalah merepresentasikan kenyataan.

Artinya film dokumenter berarti menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan.

Kesuksesan film dokumenter di bioskop dimulai film-film seperti Super Size Me, March of the Penguins, dan An Inconvenient Truth.

Jika dibandingkan dengan film-film drama naratif, film dokumenter biasanya dibuat dengan anggaran yang jauh lebih murah.

Hal ini cukup menarik bagi perusahaan-perusahaan film sebab hanya dengan rilis bioskop yang terbatas dapat menghasilkan laba yang cukup besar.

Perkembangan film dokumenter cukup pesat semenjak era cinema verité.

Film-film termasyhur seperti The Thin Blue Line karya Errol Morris, dan karya Michael Moore, Roger & Me, menempatkan kontrol sutradara yang jauh lebih interpretatif.

Pada kenyataannya, sukses komersial dari dokumenter-dokumenter tersebut barangkali disebabkan oleh pergeseran gaya naratif dalam dokumenter.

Hal ini menimbulkan perdebatan apakah film seperti ini dapat benar-benar disebut sebagai film dokumenter atau tidak.

Kritikus terkadang menyebut film-film semacam ini sebagai mondo films atau docu-ganda.

Pada perkembangannya, muncul sebuah istilah baru yakni dokudrama.

Dokudrama adalah genre dokumenter di mana pada beberapa bagian film disutradarai atau diatur terlebih dahulu dengan perencanaan yang detail.

Dokudrama muncul sebagai solusi atas permasalahan mendasar film dokumenter, yakni untuk memfilmkan peristiwa yang sudah terjadi.

Begitulah, ternyata begini sejarah film dokumenter, semoga bisa menambah wawasan kita terkait dunia perfilman dan genre-genrenya.

Baca Juga: Meghan Markle Sebut 'Curtsy' Sangat Aneh, Begini Sejarah Tradisi Curtsy Sebenarnya