Bagaimana Menjelaskan Bahwa Leluhur Dimaksud Bukanlah Tuhan-Tuhan Kecil atau dewa-dewa?

Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Berikut ini bagaimana kalian menjelaskan bahwa leluhur dimaksud bukanlah “Tuhan-Tuhan Kecil” atau dewa-dewa?

Intisari-online.com - Dalam ajaran beberapa kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terdapat sistem kepercayaan akan adanya “leluhur terpilih” sebagai perantara pencerahan Tuhan kepada manusia.

Sering orang lain menggunakannya sebagai isu mendiskreditkan penghayat sebagai memperTuhankan nenek moyang! Bagaimana kalian menjelaskan bahwa leluhur dimaksud bukanlah “Tuhan-Tuhan Kecil” atau dewa-dewa?

Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budaya dan kepercayaan.

Di sini, terdapat berbagai macam aliran kepercayaan yang hidup berdampingan dengan agama-agama resmi yang diakui oleh negara.

Salah satu ciri khas dari aliran kepercayaan di Indonesia adalah penghormatan terhadap leluhur.

Leluhur dipercaya sebagai sosok yang memiliki kearifan, pengalaman, dan kewibawaan yang dapat memberikan bimbingan, perlindungan, dan berkah kepada keturunannya.

Leluhur juga dianggap sebagai perantara antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, sumber dari segala kehidupan dan kebenaran.

Namun, sayangnya, tidak semua orang menghargai dan menghormati kepercayaan ini.

Banyak yang menuduh penghayat sebagai orang yang menyimpang dari ajaran monoteisme, yang memperTuhankan nenek moyang, dan yang menyembah “Tuhan-Tuhan Kecil” atau dewa-dewa.

Tuduhan ini tentu saja tidak berdasar dan tidak adil.

Penghayat bukanlah orang yang menyekutukan Tuhan atau menyembah selain Tuhan.

Baca Juga: Apakah Keterkaitan Ajaran Kepercayaan Terhadap Kelestarian Alam?

Penghayat adalah orang yang mengakui keberadaan dan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, yang mencintai dan menghormati leluhur sebagai bagian dari ciptaan Tuhan, dan yang menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran leluhur yang telah diturunkan secara turun-temurun.

Leluhur yang dihormati oleh penghayat bukanlah “Tuhan-Tuhan Kecil” atau dewa-dewa.

Leluhur adalah manusia biasa yang telah meninggal, tetapi masih memiliki hubungan spiritual dengan keturunannya yang masih hidup.

Leluhur tidak memiliki sifat ilahi atau kekuasaan mutlak seperti Tuhan.

Leluhur hanya memiliki peran sebagai penolong, penasihat, dan pelindung bagi keturunannya.

Leluhur juga tidak dapat memberikan apa-apa tanpa seizin Tuhan. Leluhur hanya dapat meneruskan pencerahan, rahmat, dan karunia dari Tuhan kepada manusia.

Penghayat menghormati leluhur dengan cara melakukan ritual-ritual tertentu, seperti sembahyang, sesaji, ziarah, dan lain-lain.

Ritual-ritual ini bukanlah bentuk penyembahan, melainkan bentuk penghargaaan, pengucapan syukur, permohonan doa, dan permintaan bantuan.

Ritual-ritual ini juga bukanlah bentuk pengabdian, melainkan bentuk pengikatan silaturahmi, pelestarian tradisi, dan pengejawantahan nilai-nilai luhur. Ritual-ritual ini juga bukanlah bentuk penggantian, melainkan bentuk pelengkap, dari ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penghayat tidak memperTuhankan nenek moyang, melainkan menghormati leluhur.

Leluhur yang dihormati oleh penghayat bukanlah “Tuhan-Tuhan Kecil” atau dewa-dewa, melainkan perantara pencerahan Tuhan kepada manusia.

Baca Juga: Kewajiban dan Larangan dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Penghayat adalah orang yang taat dan tunduk kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mencintai dan menghargai leluhur sebagai bagian dari ciptaan Tuhan, dan yang menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran leluhur yang telah diturunkan secara turun-temurun.

Demikian penjelasan, dalam ajaran beberapa kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terdapat sistem kepercayaan akan adanya “leluhur terpilih” sebagai perantara pencerahan Tuhan kepada manusia.

Sering orang lain menggunakannya sebagai isu mendiskreditkan penghayat sebagai memperTuhankan nenek moyang! Bagaimana kalian menjelaskan bahwa leluhur dimaksud bukanlah “Tuhan-Tuhan Kecil” atau dewa-dewa?

Baca Juga: Inilah Kaitannya Hubungan Ajaran Kepercayaan Dengan Adat-Budaya Setempat.

Baca Juga: Apakah Peradaban Membentuk Kepercayaan Untuk Menemukan Tuhan Dalam Kepercayaan Marapu? Atau kah Sebaliknya!

Artikel Terkait