Find Us On Social Media :

Sikap Kepemimpinan dari Sultan Agung Ketika Memerintah Kerajaan Mataram Islam

By Afif Khoirul M, Senin, 29 Januari 2024 | 17:15 WIB

Ilustrasi - Sikap kepemimpinan dari Sultan Agung.

Intisari-online.com - Sultan Agung adalah salah satu raja yang paling dihormati dalam sejarah Indonesia.

Seperti apa sikap kepemimpinan Sultan Agung ketika memerintah Kerajaan Mataram Islam.

Ia memerintah Kerajaan Mataram Islam dari tahun 1613 sampai 1645.

Di bawah pemerintahannya, Mataram berhasil menjadi salah satu kerajaan terbesar dan paling dihormati di Nusantara pada masa itu.

Namun, bagaimana sikap kepemimpinan dari Sultan Agung yang membuatnya begitu berjasa?

Artikel ini akan mengungkap tiga sikap kepemimpinan Sultan Agung yang patut diteladani, yaitu:

1. Adil: Sultan Agung menunjukkan sikap adil dengan menyatukan seluruh wilayah Jawa di bawah kekuasaan Mataram Islam.

Menurut Sultan Agung, sebuah kedaulatan raja itu harus merupakan sebuah kesatuan yang bulat dan utuh tanpa membeda-bedakan.

Oleh sebab itu, Sultan Agung berupaya untuk menyatukan seluruh wilayah Jawa di bawah satu kekuasaan.

Wilayah daerah kekuasaan Mataram Islam kemudian meluas hingga mencakup seluruh Jawa Tengah, Jawa Barat, Palembang, Jambi, dan Banjarmasin.

2. Cinta budaya: Sultan Agung juga dikenal sebagai pemimpin yang cinta akan budaya, khususnya budaya Jawa.

Baca Juga: Identifikasi Kerajaan Mataram Islam: Analisis Bagaimana Berlangsungnya Pemerintahan

Pada 1633 M, Sultan Agung menciptakan sebuah sistem penanggalan yang dikenal dengan nama Kalender Jawa.

Kalender Jawa adalah hasil perpaduan antara penanggalan Saka dari India dengan Hijriah (Islam).

Sebelum masa pemerintahan Sultan Agung, masyarakat Kerajaan Mataram Islam menggunakan kalender Saka.

Selain itu, Sultan Agung juga mengembangkan berbagai aspek kebudayaan lainnya, seperti agama, bahasa, sastra, seni, dan arsitektur.

Beliau membangun masjid-masjid, istana-istana, dan candi-candi yang megah dan indah.

Ia juga menciptakan karya sastra yang terkenal, seperti Serat Pararaton dan Serat Babad Tanah Jawi.

3. Semangat perjuangan yang tinggi: Sifat kepemimpinan Sultan Agung yang pekerja keras dapat dilihat dari caranya memimpin perlawanan terhadap VOC.

Terjadinya pertempuran antara Sultan Agung dengan VOC disebabkan oleh kekecewaan VOC setelah tidak mendapat izin mendirikan loji-loji dagang di pantai utara Mataram.

Pertempuran pun berjalan cukup pelik, di mana pasukan Mataram dijatuhi tembakan dari kastil oleh pasukan VOC.

Demi menjaga keutuhan Kerajaan Mataram, Sultan Agung menyerang Batavia dua kali.

Pada serangan pertama, Sultan Agung dan pasukannya mengalami kegagalan karena kurang persiapan.

Baca Juga: Bukti yang Menunjukkan Adanya Toleransi Antar Umat Beragama di Kerajaan Mataram Hindu

Lalu, pada Mei 1629, Sultan Agung kembali menyerang Batavia dengan membawa pasukan sebanyak 14.000 prajurit.

Sayangnya, Sultan Agung kembali mendapati kegagalan karena kurang perbekalan dan merebaknya wabah penyakit malaria serta kolera.

Pada akhirnya, Sultan Agung tidak berhasil merebut Batavia dari VOC.

Kendati begitu, semangat Sultan Agung untuk mengusir VOC dari Nusantara masih tetap membara.

Bahkan hingga akhir hidupnya, Sultan Agung memilih untuk tidak berdamai dengan VOC.

Sikap kepemimpinan Sultan Agung yang adil, cinta budaya, dan semangat perjuangan yang tinggi merupakan contoh yang baik bagi kita semua.

Sultan Agung telah membuktikan bahwa dengan sikap kepemimpinan yang baik, kita dapat mencapai hal-hal yang luar biasa.

Demikian, sikap kepemimpinan Sultan Agung ketika memerintah Kerajaan Mataram Islam.