Find Us On Social Media :

Ketika Kiai Mojo Tolak 50 Gulden Bantuan Pangeran Diponegoro Saat Di Pembuangan: Sorry, Uang Dari Belanda Masih Cukup

By Moh. Habib Asyhad, Jumat, 26 Januari 2024 | 18:17 WIB

Makam Kiai Mojo di Tondano, Minahasa. Kiai Mojo ternyata pernah tolak bantuan 50 gulden dari Pangeran Diponegoro saat di pengasingan. Rupanya dia masih dendam dengan sang pangeran.

Intisari-Online.com - Kekalahan pasukan Pangeran Diponegoro di Gawok pada 1826 menjadi puncak perselisihan Kiai Mojo dengan sang pangeran.

Karena kekalahan itu, dua kubu pasukan yang mendominasi tentara Perang Jawa, golongan kesatria dan santri, saling menyalahkan.

Pasukan kesatria, menurut Peter Carey, adalah pasukan Diponegoro yang berbasis Keraton Mataram.

Sementara pasukan santri adalah para pengikut Kiai Mojo.

Perselisihan antara keduanya sejatinya sudah terjadi sebelum pertempuran Gawok itu.

Ketika pasukannya mulai mendapatkan serangkaian kemenangan, Diponegoro bersikukuh ingin menyerang Surakarta.

Kiai Mojo tidak setuju.

Dia menyarankan putra Hamengkubuwono III itu untuk menyerang daerah lain.

Mojo mengusulkan Boyolali dan Kalitan.

Tapi Diponegoro bersikukuh menyerang Surakarta, yang oleh Kiai Mojo dianggap sebagai wilayah di bawah pengaruhnya.

Dalam babadnya, Diponegoro berceritanya bahwa Mojo dengan takabur bilang bahwa pangeran-pangeran Surakarta dulu belajar di bawah asuhan ayahnya, Kiai baderan.

Tak hanya itu, masih dalam babad yang sama, Diponegoro juga menyebut Mojo telah merendahkannya dengan bilang bahwa Kasunanan Surakarta hanya memberi sedikit dukungan untuknya.